KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indeks saham di Asia ditutup menguat pada hari ini (15/12). Di mana, indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang mencapai level tertingginya dalam empat bulan. Penguatan ini terjadi di tengah pelemahan nilai tukar dolar AS dan penurunan imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury). Menurut Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia, investor melakukan kalibrasi ulang pandangan mereka untuk tahun depan pasca sinyal penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral AS, Federal Reserve. Sejumlah data belakangan ini memberi indikasi inflasi di negara-negara maju sudah bisa dikendalikan tanpa harus melalui resesi ekonomi.
Investor juga mencerna rilis sejumlah data ekonomi China yang memperlihatkan aktivitas pabrikan (Industrial Production) keluar lebih baik dari ekspektasi. Namun, sejumlah data ekonomi yang lain seperti penjualan ritel (retail sales) justru keluar lebih buruk dari ekspektasi, sebuah indikasi pemulihan ekonomi pasca pandemi belum terlalu solid.
Baca Juga: IHSG Ditutup Menguat ke 7.190,9 di Hari Ini, TPIA, UNVR, INDY Jadi Top Gainers LQ45 Industrial production tumbuh 6,6% secara year-on-year (YoY) di bulan November 2023, terbesar sejak Februari 2022, menyusul pertumbuhan 4m6% YoY di bulan Oktober 2023 dan lebih tinggi dari ekspektasi pasar yang naik 5.6%. Penjualan ritel naik 10,1% YoY di bulan November, tertinggi sejak bulan Mei, lebih cepat dari kenaikan 7,6% YoY di bulan sebelumnya, namun masih di bawah ekspektasi pertumbuhan 12,5%. Data house price index memperlihatkan bahwa harga rumah yang baru dibangun di China turun 0,2% YoY di bulan November, sehingga memperpanjang rangkaian penurunan menjadi lima bulan beruntun. Penurunan harga rumah baru ini seiring masih lemahnya permintaan, meskipun berbagai kebijakan sudah diluncurkan Pemerintah China untuk mendongkrak permintaan. Lebih lanjut, investasi aset tetap (fixed-asset investment) meningkat 2,9% YoY selama 11 bulan pertama 2023 atau sama dengan laju peningkatan di periode yang sama tahun lalu, namun lebih rendah dari ramalan pasar yang naik 3,0%. Dari sisi moneter, bank sentral China atau Peoples’ Bank of China (PBOC) menyuntikkan likuiditas ke dunia perbankan melalui Medium-term Lending Facility (MLF) dan mempertahankan suku bunga MLF bertenor 1 Tahun di 2,5%.
Baca Juga: Cek Harga Saham GOTO, BREN, dan BELI yang Beda Arah di Perdagangan Jumat (15/12) Dari dalam negeri, surplus neraca perdagangan Indonesia turun menjadi US$ 2,41 miliar di bulan November dari US$ 5,10 miliar pada periode yang sama tahun lalu dan lebih rendah dari ekspektasi pasar yang surplus sebesar US$ 3,05 miliar. Ini adalah surplus neraca perdagangan terkecil sejak bulan Juli karena ekspor yang anjlok 8,56% YoY sementara impor naik 3,29% YoY. Selama 11 bulan pertama 2023, Ekspor menyusut 11,83% dan impor tumbuh 6,80%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari