Bursa Asia mayoritas menguat, indeks manufaktur bisa menjegal kenaikan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Asia bergerak cenderung menguat pada awal perdagangan hari ini. Selasa (23/6) pukul 8.25 WIB, indeks Nikkei 225 menguat 0,924% ke 22.647.

Indeks Hang Seng naik 0,12% ke 24.541. Taiex menguat 0,91% ke 11.678. Sedangkan Straits Times menguat 0,14%.

Tapi FTSE Bursa Malaysia melemah 0,05% ke 1.510. Indeks Kospi pun turun 0,49% ke 2.116. Indeks ASX 200 di Australia juga merosot 0,93% ke 5.889.


Baca Juga: IHSG diprediksi turun lagi menguji level kritis 4.900

Pada pagi ini, produk futures indeks S&P 500 pun turun pada perdagangan Asia. Kemarin, Wall Street melonjak dengan rekor tertinggi pada indeks Nasdaq. Harga minyak dan emas menguat pada awal perdagangan tadi pagi. Harga minyak WTI menembus US$ 40 per barel sejak perdagangan kemarin karena penurunan suplai dari OPEC dan Amerika.

Tapi, kekhawatiran infeksi virus corona yang makin besar menjadi penahan laju bursa. "Pasar saham cukup positif pada hari ini, ditopang oleh harapan pemulihan V-shaped," kata Michael McCarthy, chief market strategist CMC Markets kepada Reuters.

McCarthy mengatakan bahwa data manufaktur akan menjadi penggerak pasar hari ini. Dia menambahkan bahwa data manufaktur kemungkinan lebih buruk daripada ekspektasi.

Baca Juga: IHSG berpeluang turun, simak rekomendasi JPFA, SCMA, dan TLKM untuk Selasa (23/6)

Jibun Bank Flash Japan Manufacturing PMI pada bulan Juni turun ke 37,8 dari posisi 38,4 di bulan Mei. Indeks ini mencapai level terendah sejak Maret 2009. Negara dengan ekonomi terbesar ketiga dunia ini diperkirakan mencatat pertumbuhan terburuk sejak perang dunia.

Jibun Bank Flash Japan Services PMI naik ke level tertinggi empat bulan pada 42,3 dari posisi Mei 26,5. Sedangkan Jibun Bank Flash Japan Composite PMI yang termasuk indeks jasa dan manufaktur berada di 37,9 pada bulan Juni, naik dari 27,8 bulan lalu.

"Pasar finansial global memulai pekan ini lebih lambat karena investor dan pebisnis fokus pada akhir kuartal kedua yang dipastikan menjadi kuartal paling buruk bagi pertumbuhan ekonomi sejak Perang Dunia Kedua," kata ANZ Research dalam catatan yang dikutip Reuters. Alhasil, volatilitas pasar akan menjadi tema utama hingga pekan depan.

Baca Juga: IHSG sulit menembus 5.000, berikut penyebabnya menurut Kresna Sekuritas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati