Bursa Asia Menghijau Selasa (19/12), Investor Mencerna Kebijakan Bank Sentral Global



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indeks saham di Asia pada Selasa sore (19/12) bergerak di kisaran sempit dan di tutup beragam (mixed) dengan kecenderungan menguat.

Menurut Tim Riset Phillip Sekuritas, bursa Asia menguat setelah sejumlah pejabat tinggi bank sentral AS (Federal Reserve) berusaha melawan spekulasi bahwa Federal Reserve akan segera meninggalkan sikap tegas (hawkish) dengan menaikkan suku bunga acuan dalam waktu dekat.

Dari Asia, bank sentral Jepang atau Bank of Japan (BOJ) mempertahankan kebijakan moneter super longgar dengan alasan akan memantau tren harga dan upah sebelum menaikkan suku bunga acuan yang saat ini berada di -0,1%. Kebijakan ini sesuai dengan ekspektasi pasar.


Baca Juga: United Tractors (UNTR) Tingkatkan Jumlah Saham Supreme Energy Sriwijaya yang Diakuisi

Suku bunga acuan yang negatif ini bertujuan untuk mendorong perbankan menyalurkan kredit yang lebih besar lagi kepada dunia usaha dan konsumen.

BOJ juga telah melakukan pembelian surat utang Pemerintah Jepang dan berbagai kelas aset lain senilai triliunan dolar AS sebagai bagian dari strategi memompa likuiditas untuk menggairahkan pertumbuhan ekonomi Jepang, terutama seiring dengan populasi Jepang yang jumlahnya terus menyusut dan usianya semakin tua.

Investor dan analis meyakini BOJ sedang bersiap mengubah kebijakan moneter akibat lonjakan harga-harga yang mendorong tingkat inflasi bertahan di atas target 2% selama 19 bulan terakhir.

Secara terpisah, rilis RBA Minutes atau notulen rapat kebijakan bank sentral Australia atau Reserve Bank of Australia (RBA) memperlihatkan para pejabat tinggi RBA di awal bulan ini memperdebatkan apakah menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) atau mempertahankan suku bunga sebelum akhirnya memutuskan untuk mempertahankan suku bunga di 4.35% akibat keterbatasan data yang tersedia.

Baca Juga: Bursa Asia Bervariasi di Pagi Ini (19/12), Ini Sentimen yang Ditunggu Pasar

RBA berpendapat bahwa alasan menaikkan suku bunga akan dipengaruhi oleh ekspektasi inflasi akan tetap di atas target 2% untuk periode waktu yang lama. Selain itu, RBA juga mencatat bahwa tingkat inflasi di Australia lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di beberapa negara maju lainnya.

Sebaliknya, alasan RBA mempertahankan suku bunga acuan adalah karena masih lemahnya pertumbuhan konsumsi masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli