Bursa Asia Mixed, Investor Pertimbangkan Prospek Kenaikan Suku Bunga AS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Asia dibuka bervariasi pada perdagangan Kamis (2/3) pagi, dengan mayoritas indeks menguat. Pukul 08.25 WIB, indeks Nikkei 225 naik 24,95 poin atau 0,09% ke 27.541,79, Hang Seng turun 229,69 poin atau 1,11% ke 20.390,02, Taiex turun 18,83 poin atau 0,13% ke 15.579,83, Kospi naik 13,50 poin atau 0,59% ke 2.426,39, ASX 200 naik 14,40 poin atau 0,20% ke 7.266, Straits Times turun 12,48 poin atau 0,38% ke 3.242,90 dan FTSE Malaysia turun 2,84 poin atau 0,20% ke 1.447,36.

Bursa Asia bergerak mixed di tengah kehati-hatian para investor yang mempertimbangkan prospek kenaikan suku bunga AS yang lebih tinggi menyusul komentar hawkish dari pejabat Federal Reserve.

Mengutip Bloomberg, tingkat suku bunga kebijakan AS diperkirakan akan naik ke level 5,5% pada September, bahkan beberapa trader bertaruh bahwa kemungkinan suku bunga The Fed bisa mencapai level 6%.

Baca Juga: Bursa Asia Ditutup Melemah Hari Ini (27/2), Terseret Sentimen Data Ekonomi AS

Sementara dampaknya, biaya kredit akan lebih tinggi d AS dan bisa menyebar ke pasar di seluruh dunia.

Sedangkan investor di Asia menangkap tanda-tanda bahwa ekonomi China akan pulih dengan kuat setelah pencabutan kebijakan zero Covid. Hal ini membuat suasana pasar di Asia sedikit lebih optimistis dalam beberapa hari terakhir.

Investor Asia juga menantikan kongres rakyat nasional di China untuk mencari tanda-tanda dukungan kebijakan untuk pasar.

"Kabar baik dari China adalah apa yang benar-benar dibutuhkan pasar pada saat ini di mana secara global kita melihat masalah inflasi tidak akan hilang," kata Char Chanana, ahli strategi pasar senior di Saxo Capital Markets kepada Bloomberg Television.

Namun, Chanan juga memperingatkan bahwa kabar baik ini bisa memiliki sisi negatif bagi inflasi global.

"Narasi pembukaan kembali ekonomi China menambah tekanan siklus karena banyaknya permintaan yang dapat diciptakan China," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi