Bursa Asia pagi menghijau, pasar terpukau bitcoin



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Asia menunjukkan penguatan untuk hari kedua pada perdagangan Jumat pagi (8/12). Pasar menanti data ekonomi dari China dan Amerika Serikat namun, tak dipungkiri terpukau pada kenaikan harga cryptocurrency bitcoin yang semakin seksi.

Indeks Nikkei di Jepang memimpin penguatan bursa Asia dengan kenaikan 0,9% pagi ini. 

Sementara indeks ASX 200 di Australia menguat 0,24%. Indeks Kospi di Korea Selatan flat dengan penambahan 0,04% pagi ini. 


Penguatan bursa ditengarai didorong oleh kenaikan bursa Amerika Serikat (AS) semalam. Dow Jones Industrial Average dan Indeks S&P 500 misalnya masing-masing menguat 0,29%, sedangkan Nasdaq melaju 0,54%. Bursa AS ditenagai saham-saham teknologi dan optimisme pasar dengan reformasi pajak dan ketepatan waktu menyusun anggaran pemerintah yang deadline pada 22 Desember mendatang. 

Tapi investor di Asia pagi ini juga menunggu sejumlah data penting, seperti angka Neraca Perdagangan China November, mengingat Negeri Tirai Bambu merupakan salah satu penggerak ekonomi global dan penyerap komoditas terbesar global. 

Selain itu, investor akan menunggu data non-farm payrolls AS nanti malam, dengan perkiraan ada penambahan tenaga kerja 200.000 di AS pada November lalu.

Selain data ekonomi yang menjadi energi sehari-hari bursa, kini, ada hal lain yang mencuri perhatian pasar, yaitu Bitcoin yang harganya tengah melejit. Meski awal tahun ini harganya masih di bawah US$ 1.000 per bit, harga bitcoin Kamis menyentuh US$ 16.000. Harga bitcoin kian menggila pekan ini, terutama setelah mulai pekan depan, kurs kripto ini bisa diperdagangkan di bursa berjangka CBOE dan CME Group. 

Memang, harganya belum mempengaruhi bursa. Tapi, pasar mulai membandingkan dengan harga emas yang stagnan, meskipun bitcoin jauh dari panggang memiliki keunggulan emas seperti menahan inflasi dan safe haven.

"Permintaan emas terhadap pasokan setelah digunakan ratusan tahun, mendekati equilibrium. Tapi dasar permintaan bitcoin masih belum bisa ditemukan lantaran supply-nya yang inelastis," kata  Alan Ruskin, macro strategist di Deutsche Bank, dikutip Reuters.

Harga emas pada Kamis ditutup di level terendah empat bulan, ke kisaran US$ 1.246,9 per ons troi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia