JAKARTA. Bursa Asia diramal bakal rentan mengalami koreksi di pekan ini. Apalagi, sepekan terakhir, mayoritas bursa Asia sudah naik cukup tajam. Sebagai bukti, minggu lalu indeks MSCI Asia Pasifik sudah melonjak 2,76% ke level 122,40. Selain itu, indikator ekonomi Amerika Serikat yang lemah dan koreksi pada bursa AS juga bisa membuat pergerakan bursa Asia melemah. Di akhir pekan (6/8) lalu, Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup koreksi 0,20% setelah Departemen Tenaga Kerja AS merilis data ketenagakerjaan yang jauh di bawah estimasi pasar. Selain itu, data non-farm payroll minus 131.000, jauh dari prediksi pasar yaitu minus 65.000. Meski begitu, kejatuhan bursa AS pada saat penutupan perdagangan di akhir pekan, tidak terlalu dalam, karena pasar masih punya alasan untuk sedikit optimis. Analis Indosukses Futures menyebut, sebenarnya pada saat data payroll dirilis, pasar saham di AS jatuh lebih dari 1%. Namun, saat penutupan, bursa justru naik dan ditutup pada posisi koreksi tipis. Pasar masih berharap, pada pertemuan bank sentral AS Selasa (10/8) nanti, ada langkah prospektif yang ditempuh untuk mempercepat pemulihan ekonomi AS. "Apalagi, selama suku bunga masih rendah bisa memberi sentimen positif bagi pasar saham," ujar Herry. Rupanya, lemahnya data ekonomi Negeri Paman Sam itu memberi pertanda suku bunga akan tetap dipertahankan.Tapi, lanjutnya, bagaimanapun, data tenaga kerja AS yang buruk tetap akan berimbas pada pasar Asia. Lemahnya indikator ekonomi itu mengurangi optimisme pasar sehingga cenderung melakukan aksi ambil untung (provit taking), sembari menunggu hasil pertemuan bank sentral. Didukung pula, sepekan terakhir, mayoritas bursa Asia sudah mengalami kenaikan. Maka, Herry menduga, pekan ini, pasar Asia akan rentan koreksi. "Koreksi sekitar 3-5% masih wajar," katanya. Namun, secara umum, pasar masih menyimpan rasa optimis selama suku bunga AS tidak berubah. Apalagi, pasar masih optimis perekonomian di Asia masih bakal mengalami pertumbuhan.Khusus bursa Nikkei, pergerakan pekan ini akan lebih dipengaruhi hasil pertemuan bank sentral Jepang, Rabu (11/8) nanti. Pasar akan menunggu kebijakan yang dilakukan terhadap nilai tukar yen. Prediksinya, indeks Nikkei 225 bergerak di kisaran lebar 9.300-9.800. Sementara, indeks Hang Seng akan bermain di 21.000-21.800. Pergerakan Indks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bakal volatil di kisaran 2.940-3.100. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bursa Asia Rentan Koreksi Pekan Ini
JAKARTA. Bursa Asia diramal bakal rentan mengalami koreksi di pekan ini. Apalagi, sepekan terakhir, mayoritas bursa Asia sudah naik cukup tajam. Sebagai bukti, minggu lalu indeks MSCI Asia Pasifik sudah melonjak 2,76% ke level 122,40. Selain itu, indikator ekonomi Amerika Serikat yang lemah dan koreksi pada bursa AS juga bisa membuat pergerakan bursa Asia melemah. Di akhir pekan (6/8) lalu, Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup koreksi 0,20% setelah Departemen Tenaga Kerja AS merilis data ketenagakerjaan yang jauh di bawah estimasi pasar. Selain itu, data non-farm payroll minus 131.000, jauh dari prediksi pasar yaitu minus 65.000. Meski begitu, kejatuhan bursa AS pada saat penutupan perdagangan di akhir pekan, tidak terlalu dalam, karena pasar masih punya alasan untuk sedikit optimis. Analis Indosukses Futures menyebut, sebenarnya pada saat data payroll dirilis, pasar saham di AS jatuh lebih dari 1%. Namun, saat penutupan, bursa justru naik dan ditutup pada posisi koreksi tipis. Pasar masih berharap, pada pertemuan bank sentral AS Selasa (10/8) nanti, ada langkah prospektif yang ditempuh untuk mempercepat pemulihan ekonomi AS. "Apalagi, selama suku bunga masih rendah bisa memberi sentimen positif bagi pasar saham," ujar Herry. Rupanya, lemahnya data ekonomi Negeri Paman Sam itu memberi pertanda suku bunga akan tetap dipertahankan.Tapi, lanjutnya, bagaimanapun, data tenaga kerja AS yang buruk tetap akan berimbas pada pasar Asia. Lemahnya indikator ekonomi itu mengurangi optimisme pasar sehingga cenderung melakukan aksi ambil untung (provit taking), sembari menunggu hasil pertemuan bank sentral. Didukung pula, sepekan terakhir, mayoritas bursa Asia sudah mengalami kenaikan. Maka, Herry menduga, pekan ini, pasar Asia akan rentan koreksi. "Koreksi sekitar 3-5% masih wajar," katanya. Namun, secara umum, pasar masih menyimpan rasa optimis selama suku bunga AS tidak berubah. Apalagi, pasar masih optimis perekonomian di Asia masih bakal mengalami pertumbuhan.Khusus bursa Nikkei, pergerakan pekan ini akan lebih dipengaruhi hasil pertemuan bank sentral Jepang, Rabu (11/8) nanti. Pasar akan menunggu kebijakan yang dilakukan terhadap nilai tukar yen. Prediksinya, indeks Nikkei 225 bergerak di kisaran lebar 9.300-9.800. Sementara, indeks Hang Seng akan bermain di 21.000-21.800. Pergerakan Indks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bakal volatil di kisaran 2.940-3.100. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News