KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham Asia melemah tipis pada hari Jumat (11/8). Dolar Amerika Serikat (AS) menuju kenaikan selama sebulan setelah inflasi AS dirilis stabil, tanpa kejutan yang diharapkan pada sisi negatifnya. Melansir
Reuters, Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun tipis 0,2% dan menuju penurunan mingguan sebesar 1%. Lemahnya permintaan pada lelang US Treasury bertenor 30 tahun dan meledaknya defisit anggaran AS bulan lalu juga membebani obligasi. Imbal hasil yang lebih tinggi pada gilirannya mendorong dolar naik - terutama terhadap yen yang tertekan oleh kontrol imbal hasil di Jepang.
Baca Juga: Wall Street Menghijau: Dow Ditutup Naik Tipis Terangkat Penurunan Inflasi AS Yen menyentuh level terendah enam minggu di 144,89 per dolar di awal perdagangan hari Jumat, meskipun volume perdagangan menipis karena hari libur di Jepang. Pasar sahamnya ditutup dan Treasury tidak diperdagangkan di sesi Asia. Indeks Harga Konsumen (IHK) AS adalah 0,2% bulan lalu, sama dengan bulan sebelumnya dan rinciannya cukup menggembirakan - dengan inflasi barang-barang inti yang melambat dan hanya harga sewa yang terbukti tetap tinggi. Namun beberapa jam kemudian, Presiden The Fed San Francisco Mary Daly mengatakan kepada
Yahoo Finance bahwa meskipun hal ini disambut baik, "masih banyak yang harus dilakukan" oleh para pembuat kebijakan. "Saya pikir pasar berharap dengan data inflasi tersebut, kita akan mendengar para pembicara The Fed mengatakan bahwa kecil kemungkinan kita harus menaikkan suku bunga lebih lanjut, dan langkah selanjutnya adalah pemangkasan," ujar Andrew Lilley, chief rates strategis di bank investasi Barrenjoey. US Treasury 10-tahun awalnya menguat karena berita inflasi, tetapi imbal hasil naik tujuh basis poin menjadi 4,11% pada penutupan perdagangan di New York. Imbal hasil dua tahun naik dua bps menjadi 4,82%. Imbal hasil tiga puluh tahun melonjak enam bps menjadi 4,24% setelah lelang senilai US$23 miliar mendarat satu basis poin di atas harga pasar. Dealer utama mendapatkan 12,5% dari penjualan tersebut.
Baca Juga: Rupiah Dibuka Melemah 0,21% ke Level Rp 15.218 Per Dolar AS pada Jumat (11/8) "Hal ini memicu kekhawatiran bahwa pasar sedang berjuang untuk mencerna apa yang sekarang menjadi cerita pasokan yang jauh lebih besar dari Departemen Keuangan AS," kata Sally Auld, kepala investasi di JB Were. Defisit anggaran AS pada bulan Juli juga mencapai US$221 miliar, lebih dari dua kali lipat ekspektasi pasar. Ini membuat defisit tahun berjalan melampaui US$1,6 triliun - dibandingkan dengan kurang dari separuhnya pada tahun sebelumnya - dan momentum ini menandakan akan ada lebih banyak pinjaman. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto