KONTAN.CO.ID - Bursa saham Australia berhasil mengakhiri tren penurunan selama lima sesi berturut-turut pada Selasa (17/12), didorong oleh penguatan saham-saham sektor keuangan. Melansir Reuters, Indeks S&P/ASX 200 naik 0,8% dan ditutup di level 8.314 poin. Sebelumnya, indeks ini mencatatkan penurunan hampir 2,1% dalam lima sesi terakhir, menjadi rentetan kerugian terpanjang sejak pertengahan April.
Baca Juga: Bursa Asia Bervariasi di Pagi Ini (17/12), Mengikuti Wall Street "Rally Santa Claus tampaknya telah resmi dimulai untuk tahun 2024, tepat waktu di pertengahan Desember. Saya tetap optimistis dengan prospek bullish menuju akhir tahun," ujar Tony Sycamore, analis pasar dari IG. Sektor keuangan melonjak 1,2% dan menjadi pendorong utama penguatan indeks. Sub-indeks ini membukukan kenaikan harian terbesar sejak 5 Desember. Saham Commonwealth Bank of Australia dan National Australia Bank, dua bank terbesar di Australia, masing-masing naik 1,6% dan 1,5%. Saham-saham kesehatan juga menguat 1,1%, sementara sektor teknologi informasi naik 1,3%, mengikuti reli saham teknologi di Wall Street semalam. Di sisi lain, saham energi justru melemah 1,1% akibat penurunan harga minyak. Perusahaan-perusahaan besar seperti Woodside dan Santos masing-masing turun 1% dan 0,6%.
Baca Juga: Bursa Australia Ditutup Jatuh ke Level Terdalam Sebulan pada Senin (16/12) Saham produsen minyak dan gas Karoon Energy anjlok 9,7% setelah memangkas proyeksi produksi untuk proyek Baúna di Brasil akibat gangguan operasional, menjadikannya salah satu dari dua emiten yang merugi dalam indeks acuan. Sektor pertambangan ditutup melemah 0,2%, mencatatkan kerugian untuk hari kelima berturut-turut. Di sisi ekonomi, survei yang dilakukan Westpac menunjukkan sentimen konsumen Australia mengalami penurunan pada Desember, sedikit berbalik dari peningkatan tajam pada Oktober dan November. Sementara itu, indeks acuan S&P/NZX 50 Selandia Baru naik 0,9% dan ditutup di level 12.914,3 poin.
Baca Juga: Gempa Dahsyat Magnitudo 7,4 Guncang Vanuatu, Satu Orang Tewas, Bangunan Hancur Dalam laporan terbarunya, Kementerian Keuangan Selandia Baru memproyeksikan meningkatnya pengangguran, pemulihan ekonomi yang lambat, serta neraca keuangan yang melemah.
Pemerintah juga memperkirakan tidak akan mampu mencapai surplus anggaran dalam lima tahun ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto