KONTAN.CO.ID - Bursa saham Australia ditutup sedikit lebih rendah pada hari Rabu (17/4), tertekan oleh lesunya kinerja di kalangan penambang dan perusahaan energi. Sementara investor mengukur angka inflasi triwulanan Selandia Baru dan komentar hawkish dari Federal Reserve AS. Melansir
Reuters, Indeks S&P/ASX 200 berakhir 0,1% lebih rendah pada 7.605,6 poin, mencatat penurunan sesi kelima berturut-turut.
Baca Juga: Bursa Australia Datar Rabu (17/4), Saham Penambang Imbangi kenaikan Bank dan Emas Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan, pada hari Selasa (16/4) bahwa kebijakan moneter perlu dibatasi lebih lama, sehingga semakin mengurangi harapan investor terhadap penurunan suku bunga yang cepat tahun ini. Komentar Powell “memperkuat poin yang telah disampaikan oleh data ekonomi kepada kita, yaitu masih terlalu dini untuk melakukan penurunan suku bunga,” kata Tim Waterer, kepala analis pasar di KCM Trade. Investor sekarang akan menantikan data ketenagakerjaan dalam negeri, yang akan dirilis pada hari Kamis (18/4), karena "setiap kinerja yang berulang dari data ketenagakerjaan sebelumnya dapat menyebabkan RBA (Reserve Bank of Australia) untuk tetap menahan diri lebih lama," katanya. Saham-saham penambang kelas berat memimpin kerugian dengan penurunan 0,2%, karena lemahnya data ekonomi dari konsumen utama Tiongkok membebani sebagian besar logam dasar. Penambang global BHP kehilangan 1,2% sementara Rio Tinto berakhir datar karena pengiriman kuartal pertama raksasa bijih besi itu meleset dari perkiraan. Saham Lynas Rare Earths naik hampir 6% karena orang terkaya di Australia, Gina Rinehart, meningkatkan kepemilikannya di produsen logam tanah jarang terbesar di luar Tiongkok. Perusahaan-perusahaan energi kehilangan 0,5% karena harga minyak turun karena kekhawatiran pasokan.
Baca Juga: GLOBAL MARKETS - Asian Shares Mixed as Fed's Powell Rethinks Rate Cuts, Yields Jump Sektor keuangan berakhir datar. Bank of Queensland ditutup 5,2% lebih tinggi setelah laba setengah tahunnya melampaui perkiraan.
Melawan suasana suram, saham emas melonjak 2,3% karena emas batangan bertahan setelah konflik Timur Tengah meningkatkan permintaan safe-haven. Sementara, Indeks acuan S&P/NZX 50 Selandia Baru turun 0,6% poin menjadi 11.875,25 poin. Data yang dirilis oleh Statistik Selandia Baru menunjukkan, indeks harga konsumen naik 0,6% pada kuartal pertama, memenuhi ekspektasi pasar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto