KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Saham Australia turun pada hari Senin (23/10) ke level terendah dalam hampir satu tahun. Risiko konflik yang lebih luas di Timur Tengah memperburuk minat terhadap aset berisiko. Sementara para pedagang menunggu data inflasi lokal yang akan dirilis pada hari Rabu (25/10) untuk mendapatkan petunjuk tentang suku bunga. Melansir
Reuters, Indeks S&P/ASX 200 ditutup turun 0,8% pada level 6.844,10, mencapai level terendah sejak 28 Oktober 2022.
Saham-saham energi merosot 3% dalam penurunan harian terbesar hampir tiga minggu. Saham Woodside Energy dan Santos masing-masing turun 3,2% dan 2,5%. Saham-saham penambang turun 2,4% dan mencapai level terendah sejak 11 November karena kekhawatiran meningkat tentang kesehatan sektor properti China dan di tengah tanda-tanda melemahnya permintaan dari pabrik-pabrik baja di negara tersebut.
Baca Juga: Bursa Asia Kompak Melemah di Pagi Ini (23/10), Pasar Menanti Data Inflasi Kawasan Saham South32 turun 3% karena penambang yang terdiversifikasi ini membukukan penurunan lebih besar dari yang diperkirakan sebesar 18% pada produksi batubara metalurgi di kuartal pertama. Saham Rio Tinto dan BHP Group masing-masing turun 2,4%. Saham-saham finansial turun 0,5%, dengan bank-bank "empat besar" merosot antara 0,1% dan 0,9%. Pasar di Selandia Baru ditutup untuk hari libur lokal. Sebagai informasi, harga minyak turun lebih dari US$1 pada hari Senin, tetapi telah naik 10% selama 10 hari terakhir karena kekhawatiran potensi gangguan pasokan jika perang Israel-Hamas berkembang menjadi konfrontasi yang lebih luas di Timur Tengah, wilayah pemasok minyak terbesar di dunia. Para investor sekarang menunggu angka inflasi Australia di bulan September, yang kemungkinan akan menentukan arah kebijakan Reserve Bank of Australia (RBA) pada pertemuan kebijakan berikutnya.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun Saat Konvoi Bantuan Tiba di Jalur Gaza pada Senin (23/10) Henry Jennings, seorang analis senior dan manajer portofolio di Marcustoday Financial Newsletter, percaya bahwa penurunan inflasi kemungkinan akan "membantu RBA untuk menjustifikasi jeda di bulan November." "Ada beberapa kekhawatiran atas lonjakan harga bahan bakar karena gejolak global yang berdampak pada pembacaan RBA - kekhawatiran yang valid," kata Josh Gilbert, analis pasar eToro. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto