Bursa China Rebound Rabu (13/11); Hong Kong Pangkas Kerugian, Mencerna Kabinet Trump



KONTAN.CO.ID - Bursa saham China berhasil pulih dan ditutup lebih tinggi pada Rabu (13/11), didorong oleh kenaikan sektor telekomunikasi.

Saham di Hong Kong hampir tak berubah karena investor masih mencerna rencana Presiden Terpilih AS, Donald Trump, yang akan menempatkan tokoh-tokoh "hawk" China dalam kabinetnya.

Indeks CSI 300 yang berisikan saham blue chip China ditutup naik 0,6% setelah sempat turun sebanyak 0,6% dalam sesi perdagangan. Sementara itu, Indeks Shanghai Composite naik 0,5%.


Baca Juga: Bursa Jepang Rabu (13/11): Indeks Nikkei Ditutup Turun 1,66%

Di Hong Kong, Indeks Hang Seng menghapus sebagian besar kerugian awalnya dan ditutup turun kurang dari 0,1%, mendekati level terendah dalam tujuh minggu.

Sektor komunikasi memimpin kenaikan di daratan China, dengan operator telekomunikasi milik negara, China Unicom, melonjak 7,3%, dan China Mobile naik 4,2%.

Indeks CSI Energy juga naik 0,9%, memberikan kontribusi terhadap kenaikan di dalam negeri.

Sentimen positif di pasar domestik juga didukung oleh revisi naik pada perkiraan pertumbuhan ekonomi China oleh Nomura, mengutip tanda-tanda peningkatan aktivitas ekonomi.

Nomura menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi untuk kuartal keempat menjadi 4,9% dari 4,4% secara tahunan.

Sementara perkiraan pertumbuhan PDB tahunan dinaikkan menjadi 4,8% dari 4,7%, menurut analis dari broker Jepang tersebut dalam sebuah catatan.

Baca Juga: Bursa Australia Turun 3 Hari Beruntun Rabu (13/11), Aksi Jual Jelang Data Inflasi AS

Namun, perkiraan untuk 2025 tetap di angka 4,0%.

Yuan China juga menguat setelah mencapai level terendah dalam lebih dari tiga bulan terhadap dolar AS, terdorong oleh panduan titik tengah resmi yang lebih kuat dari perkiraan.

Kekhawatiran Geopolitik

Investor terus memantau penunjukan kabinet Trump, khususnya tokoh "hawk" yang cenderung keras terhadap China, sambil mempertimbangkan dampaknya pada hubungan Tiongkok-AS ke depan.

Senator Marco Rubio, yang sering melontarkan kritik keras terhadap China, dilaporkan akan menjadi Menteri Luar Negeri. Sementara Mike Waltz akan menjadi Penasihat Keamanan Nasional, menurut sumber.

"Investor kini fokus pada penunjukan kabinet Trump untuk menilai apakah kebijakan China-nya akan lebih keras dibandingkan masa jabatan pertamanya," kata Jason Chan, Senior Investment Strategist di Bank of East Asia.

"Sentimen jangka pendek terhadap China kemungkinan akan tetap lemah di tengah ketidakpastian yang menyelimuti kabinet baru."

Selanjutnya: Cegah Penghindaran Pajak, DPR Minta Sri Mulyani Perketat Regulasi Transfer Pricing

Menarik Dibaca: Perbedaan Ceramide dan Hyaluronic Acid, Mana yang Lebih Baik untuk Kulit?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto