KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa minyak kelapa sawit atau Bursa CPO resmi melangsungkan live transaksi perdana pada hari ini, Jumat (20/10). Transaksi pertama di bursa CPO ini diharapkan menjadi tonggak awal Indonesia dalam menciptakan harga referensi minyak sawit dunia. Direktur Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) Yugieandy Tirta Saputra mengatakan, bursa CPO secara resmi telah beroperasi dengan dimulainya transaksi perdana di bursa. Pelaksanaan transaksi perdana Bursa CPO ini dimajukan lebih awal dari jadwal peluncurannya pada 23 Oktober mendatang. “Secara sistem memang sudah siap dan ada dua perusahaan yang ingin perdagangan bisa dijalankan Jumat ini,” kata Yugie dalam acara Go Live Transaksi Perdagangan CPO Perdana melalui Bursa Berjangka, Jumat (20/10).
Yugie mengungkapkan, sejauh ini bursa CPO telah diikuti oleh sekitar 18 perusahaan. Di mana sekitar 14 perusahaan lagi sedang dalam antrean untuk menyusul karena masih menyelesaikan beberapa persyaratan.
Baca Juga: Ini Kata Apkasindo Perihal Kehadiran Bursa CPO Pada transaksi perdana Bursa CPO pagi ini melibatkan dua perusahaan yang menghasilkan kesepakatan untuk memperjualbelikan CPO/LDI Dumai ISPO dengan harga di Rp 11.305 per kilogram (Kg). Pada sesi satu di kontrak pertama tersebut terjadi transaksi sebesar 4 lot atau sekitar 100 Metrik Ton. Yugie menjelaskan, mekanisme perdagangan bursa CPO akan berlangsung selama tujuh (7) hari kerja yakni dari Senin hingga Jumat. Dalam satu hari, terdapat tiga (3) sesi perdagangan yaitu dalam rentang waktu pukul 10.00 WIB – 11.00 WIB, lalu 16.00 WIB – 17.00 WIB, serta pukul 20.00 WIB – 21.00 WIB. Dalam satu sesi yang berjalan sekitar 60 menit, di mana sejauh ini terdapat enam (6) kontrak perdagangan yang setiap kontraknya diperdagangkan selama 9 menit secara bergiliran. Apabila setiap 6 kontrak CPO yang diperdagangkan tersebut telah selesai di sesi pertama, maka bakal dilanjutkan pada sesi kedua di sore hari dan sesi ketiga di malam harinya. Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Didid Noordiatmoko mengapresiasi langkah ICDX untuk memfasilitasi perdagangan bursa CPO. Walaupun secara nilai transaksi dan keikutsertaan partisipan masih kurang, namun dinilai masih sangat wajar untuk transaksi pertama kalinya.
“Menurut kami masih oke untuk transaksi hari pertama dan kontrak pertama,” ujar Didid dalam kesempatan yang sama. Didit berharap transaksi perdana Bursa CPO ini bisa menjadi tonggak awal Indonesia dalam menciptakan harga referensi minyak sawit dunia. Setidaknya untuk mulai dulu saja dan perlahan berbagai perincian lainnya akan terus distrandarisasi
Baca Juga: UNSP Sebut Hadirnya Bursa CPO Berdampak Positif Bagi Indonesia, Ini Alasannya Bappepti menargetkan harga referensi (
price reference) bisa tercipta pada triwulan pertama 2024 dengan volume perdagangan yang cukup dan harganya tidak volatil. Dengan demikian, terbentuknya harga referensi diharapkan bisa menghubungkan lebih banyak pembeli dan penjual CPO atau disebut dengan istilah
many to many. Selain itu, kontrak perdagangan CPO diharapkan lebih luas lagi. Sebab, transaksi perdana ini beru terjadi pada dua lokasi saja yakni antara Dumai dan Belawan.
“Saya harapkan ini (bursa cpo) semakin lama berjalan, bisa semakin baik lagi. Jenis kontrak makin banyak lagi, serta lebih variatif,” imbuh Didid. Walaupun bersifat voluntary atau sukarela, Bappebti dan ICDX tetap mengupayakan untuk merekrut lebih banyak lagi anggota bursa CPO. Pemerintah tengah menyiapkan strategi agar perusahaan tertarik bergabung salah satu potensinya adalah pembagian insentif. Didid berujar, kehadiran bursa CPO merupakan bentuk keterbukaan perdagangan yang terorganisir. Dengan terciptanya satu harga, maka bisa menciptakan keadilan di pasar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari