Bursa Emerging market menuju pekan terburuknya



LONDON. Bursa saham emerging market menuju pekan terburuknya sejak pertengahan Februari di tengah merosotnya mata uang dipicu kekhawatiran pertumbuhan global yang melambat berujung pada perlambatan untuk aset berisiko.

Indeks MSCI Emerging Markets naik 0,2 % pada hari Jumat (8/4), membalikkan kerugian, dan turun 1,8 % untuk pekan ini pukul 08:44 waktu London. Ini merupakan penurunan lima hari yang terbesar sejak periode 12 Februari, dengan sembilan dari 10 kelompok industri memerah. Indeks acuan ini melonjak 13% pada Maret lalu, yakni level tertinggi sejak Mei 2009.

Sementara, indeks Shanghai Composite turun 0,8 % dan siap untuk kerugian mingguan pertamanya dalam satu bulan. Indeks acuan ini jatuh untuk hari ketiga, merupakan penurunan terpanjang sejak Januari.


Indeks Hang Seng China Enterprises saham daratan diperdagangkan di Hong Kong turun untuk hari kelima setelah memasuki bull market pekan lalu.

Sementara, bursa Indonesia dan Malaysia jatuh setiap 0,5 % akhir pekan ini, sedangkan di Taiwan, Thailand dan Sri Lanka naik setidaknya 0,6 %. Indeks saham di Dubai dan Qatar naik lebih dari 1 %, sedangkan di Turki dan Republik Ceko naik setidaknya 0,5 %.

"Meskipun beberapa tempat mulai stabilisasi, kami telah melihat beberapa ramalan yang agak suram dari WTO. Minyak sangat lemah. Semua ini akan faktor sebagai negatif untuk pasar negara berkembang," kata Vishnu Varathan, ekonom Mizuho Bank Ltd.

Sebelumnya, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde mengutarakan akan menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi global dan risalah rapat Federal Reserve Maret lalu menyebutkan perihal resiko perekonomian global. Disusul, organisasi perdagangan dunia (WTO) memangkas pertumbuhan perdagangan untuk 2016, mengutip penurunan tajam ekonomi China.

Saham perusahaan energi telah jatuh 1,3 % pekan ini meski minyak rebound, dan saham berbasis bahan baku turun 1,8 %. Sementara minyak mentah Brent naik 4,3 % dari tanggal 1 April, itu masih 27 % lebih rendah dari tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto