Bursa Global Bersiap Raih Kenaikan Mingguan Setelah Data Ekonomi AS yang Positif



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Pasar saham global, termasuk Amerika Serikat, menunjukkan kesiapan untuk mencatatkan kenaikan mingguan setelah data ekonomi AS yang menggembirakan berhasil meredakan kekhawatiran resesi di ekonomi terbesar dunia tersebut.

Pada Jumat (16/8/2024), meskipun indeks-indeks saham AS seperti Dow Jones Industrial Average, S&P 500, dan Nasdaq Composite mencatatkan penurunan tipis masing-masing sebesar 0,05%, 0,09%, dan 0,3%, mereka tetap berada di jalur untuk mencatatkan kenaikan selama pekan ini.

Indeks saham utama dunia MSCI juga naik 0,15%, memperkuat pemulihan dari gejolak pasar minggu lalu yang dipicu oleh ketakutan resesi AS dan fluktuasi nilai tukar mata uang. Di Eropa, indeks saham STOXX naik 0,1% pada Jumat, juga menuju kenaikan mingguan.


Baca Juga: Pasar Saham Jepang Menuju Minggu Terbaik Dalam 4 Tahun Terakhir

Indeks Volatilitas VIX, yang sering dianggap sebagai ukuran ketakutan pasar, turun ke level sekitar 15, jauh di bawah puncaknya di angka 65 pada awal pekan lalu. 

Perubahan positif dalam sentimen pasar ini dipicu oleh data AS yang menunjukkan inflasi moderat dan belanja ritel yang kuat. 

Hal ini menggeser kekhawatiran pasar dari ancaman resesi ke keyakinan bahwa ekonomi AS dapat terus tumbuh, terutama dengan ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve pada bulan September.

Meskipun demikian, Sotirios Nakos, manajer portofolio multi-aset dari Aviva Investors, memperingatkan bahwa pasar masih rentan terhadap perubahan berdasarkan data ekonomi baru, dan skenario pertumbuhan yang lembut mungkin tidak bertahan lama.

Baca Juga: Pasar Otomotif Melemah, Kinerja Emiten Komponen Cenderung Lesu

Di Asia, pasar saham juga mengalami kenaikan signifikan. Indeks Nikkei Jepang naik 3,6% pada Jumat, mencatatkan minggu terbaiknya dalam lebih dari empat tahun, sementara Indeks Hang Seng Hong Kong naik 1,9%. 

Kenaikan di Jepang ini terjadi setelah pelemahan yen terhadap dolar, yang mendorong penguatan saham.

Dalam perkembangan lain, harga minyak turun dan berada di jalur penurunan mingguan, dengan minyak Brent merosot ke sekitar $80 per barel. 

Sementara itu, imbal hasil obligasi AS dan Jerman juga mengalami penurunan, mencerminkan melemahnya permintaan terhadap surat utang sebagai penyangga terhadap risiko pasar ekuitas.

Editor: Noverius Laoli