NEW YORK. Bursa saham global dilanda aksi jual pada transaksi hari ini (23/5). Mengutip data Bloomberg, pada pukul 08.41 waktu New York, indeks MSCI All Country World Index terjerumus 1,2%. Penurunan terbesar dicatatkan oleh bursa Jepang. Asal tahu saja, indeks Topix Jepang jatuh ke level terendah dalam dua pekan dengan penurunan sebesar 6,9%. Sementara, indeks Nikkei 225 Stock Average tergerus 7,3%. Ada beberapa kecemasan yang menyebabkan investor melakukan aksi jual. Pertama, penurunan harga metal setelah data manufaktur China terkontraksi secara tidak terduga. Sekadar informasi, data yang dirilis HSBC Holdings Plc dan Markit Economics menunjukkan, tingkat produksi industri di China menurun untuk kali pertama dalam tujuh bulan terakhir. Kedua, pelaku pasar berspekulasi bahwa the Federal Reserve akan segera menghentikan program pembelian obligasi atau dikenal dengan kebijakan quantitative easing. Pimpinan the Fed Ben S Bernanke di hadapan Kongres menyatakan, penarikan secara prematur kebijakan QE bisa membayakan proses pemulihan ekonomi AS. Selain itu, yen juga menguat terhadap dollar AS. Asal tahu saja, pada hari ini, yen menguat terhadap 16 mata uang utama dunia. Salah satunya adalah dollar AS di mana yen perkasa 1,5% menjadi 101,66 per dollar. "Kita mendapatkan sentimen negatif untuk aset-aset berisiko, dengan sinyal negatif yang datang dari kebijakan moneter dan fundamental makro," jelas Witold Bahrke, senior strategist PFA Pension A/S di Copenhagen. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Bursa global terkena dampak goyangan bursa Jepang
NEW YORK. Bursa saham global dilanda aksi jual pada transaksi hari ini (23/5). Mengutip data Bloomberg, pada pukul 08.41 waktu New York, indeks MSCI All Country World Index terjerumus 1,2%. Penurunan terbesar dicatatkan oleh bursa Jepang. Asal tahu saja, indeks Topix Jepang jatuh ke level terendah dalam dua pekan dengan penurunan sebesar 6,9%. Sementara, indeks Nikkei 225 Stock Average tergerus 7,3%. Ada beberapa kecemasan yang menyebabkan investor melakukan aksi jual. Pertama, penurunan harga metal setelah data manufaktur China terkontraksi secara tidak terduga. Sekadar informasi, data yang dirilis HSBC Holdings Plc dan Markit Economics menunjukkan, tingkat produksi industri di China menurun untuk kali pertama dalam tujuh bulan terakhir. Kedua, pelaku pasar berspekulasi bahwa the Federal Reserve akan segera menghentikan program pembelian obligasi atau dikenal dengan kebijakan quantitative easing. Pimpinan the Fed Ben S Bernanke di hadapan Kongres menyatakan, penarikan secara prematur kebijakan QE bisa membayakan proses pemulihan ekonomi AS. Selain itu, yen juga menguat terhadap dollar AS. Asal tahu saja, pada hari ini, yen menguat terhadap 16 mata uang utama dunia. Salah satunya adalah dollar AS di mana yen perkasa 1,5% menjadi 101,66 per dollar. "Kita mendapatkan sentimen negatif untuk aset-aset berisiko, dengan sinyal negatif yang datang dari kebijakan moneter dan fundamental makro," jelas Witold Bahrke, senior strategist PFA Pension A/S di Copenhagen. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News