Bursa jatuh, investor serbu reksadana pasar modal



JAKARTA. Tekanan pasar modal sepanjang Oktober dimanfaatkan oleh investor menyerbu ke reksadana. Manajer investasi mengaku, terjadi penambahan dana atau subscription investor yang cukup besar sejak awal Oktober lalu.

BNI Asset Management meraih subscription lebih dari Rp 53 miliar sepanjang Oktober. Mayoritas penambahan dana tersebut berasal dari reksadana saham dan pendapatan tetap. "Di luar itu, juga ada penambahan dana pada reksadana terproteksi," kata Senior Fund Manager BNI Asset Management Hanif Mantiq, Rabu (15/10). Sedangkan penarikan dana atau redemption nyaris tidak ada.

Menurut Hanif, tren subscription sepanjang tahun ini mengalami fluktuasi. Para investor mulai melakukan penambahan dana setelah pelaksanaan pemilu legislatif. Namun, subscription mulai berkurang seiring dengan memanasnya kondisi politik terkait perebutan posisi pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) September 2014 lalu. "Baru pada Oktober investor kembali masuk," kata Hanif.


Hingga akhir bulan ini, Hanif memprediksi, pihaknya bisa mencatat subscription di atas Rp 100 miliar. Adapun dana kelolaan hingga akhir tahun ditargetkan bisa mencapai Rp 12 triliun. Menurut dia, sejumlah sentimen masih akan berpengaruh terhadap gejolak pasar modal dalam waktu dekat. Seperti, pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih, serta rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Di sisi lain, faktor global seperti babak baru krisis Eropa bakal menekan pasar modal Indonesia. Head of Sales and Marketing First State Investments Indonesia (FSI) Harsya Prasetyo mengatakan, pihaknya mengalami net subscription Rp 200 miliar sepanjang Oktober. Mayoritas penambahan dana masuk ke reksadana saham.

"Nasabah yang longterm lebih banyak membeli reksadana saham," kata Harsya. Dana kelolaan FSI juga naik menjadi Rp 6,5 triliun pada September. Akhir tahun lalu, nilai dana kelolaan perusahaan pengelola dana ini sekitar Rp 5,3 triliun.

Beli di harga murah

Direktur Panin Asset Management Ridwan Soetedja mengakui, subcription pada Oktober lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Saat ini, dana kelolaan Panin mencapai Rp 12 triliun. Hingga akhir tahun pihaknya menargetkan bisa menggenggam dana sekitar Rp 17 triliun. "Adanya koreksi pasar mengakibatkan investor tertarik mengakumulasi dana," kata Ridwan.

Menurut dia, di tengah gejolak pasar saat ini investor bisa mengalokasikan dana ke reksadana saham. Pasalnya, produk tersebut memberikan peluang bagi investor untuk masuk di harga murah. Hanif menyarankan, investor masuk secara bertahap ke reksadana campuran. Sebab, produk tersebut lebih fleksibel karena memiliki aset dasar saham dan obligasi.

Strategi tersebut bisa diubah pada pertengahan November mendatang, setelah ada kejelasan pemerintah baru terkait kebijakan subsidi BBM. Pada saat itu, para investor bisa menambah porsi investasi yang mereka lakukan. Tapi, pilihan produk juga bisa lebih agresif seperti reksadana saham. Strategi tersebut agar investor bisa mengantongi keuntungan tahun 2015.

"Jadi, bagi investor yang telah menggenggam reksadana jangan dilepas sekarang karena harga sudah murah. Sehingga, investor tidak rugi," kata Hanif.

Saran dari Presiden Direktur Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Legowo Kusumonegoro, investor sebaiknya tetap melakukan investasi pada reksadana secara reguler. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat net subscription industri reksadana paling tinggi berada pada bulan Januari mencapai Rp 3,36 triliun. Sedangkan bulan Februari hingga Mei justru minus atau lebih banyak yang menjual unit penyertaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie