KONTAN.CO.ID - Indeks Nikkei Jepang mencapai rekor tertinggi pada hari Kamis (21/3) dan yen rebound dari level terendah empat bulan. Setelah The Fed tetap pada jalur pelonggarannya meskipun sajian data inflasi baru-baru ini memanas. Melansir Reuters, Nikkei mencatat rekor penutupan tertinggi di 40.815,66, naik lebih dari 2% hari ini, setelah juga mencatat puncak intraday baru sepanjang masa di 40,823.32.
Baca Juga: Bursa Korea Selatan Mencatat Hari Terbaiknya dalam 7 Minggu pada Kamis (21/3) Untuk tahun ini, angka tersebut naik 22%, jauh melampaui kenaikan 8% pada indeks dunia MSCI. Dolar terakhir turun 0,2% pada 150,94 yen, setelah naik 151,82 yen pada hari Selasa (19/3) untuk pertama kalinya sejak pertengahan November. Arah kebijakan The Fed sangat kontras dengan Bank of Japan, yang pada hari Selasa (19/3) mengakhiri langkah stimulus luar biasa selama delapan tahun dengan kenaikan suku bunga pertama sejak tahun 2007. Namun, Gubernur BOJ Kazuo Ueda menegaskan kembali bahwa kebijakan akan tetap akomodatif untuk saat ini, dalam komentarnya kepada parlemen pada hari Kamis. Baca Juga: Saham Australia Ditutup Naik 1% Kamis (21/3), Pasar Sambut Baik Keputusan The Fed Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang naik lebih tinggi di tengah ekspektasi akan kebijakan yang lebih ketat. Pengumuman kebijakan BOJ dan The Fed telah memberi investor lampu hijau untuk membeli saham lagi, kata Yunosuke Ikeda, kepala strategi ekuitas Nomura. Dengan berdasarkan tiga katalis yang mendorong kenaikan selama setahun terakhir: tata kelola perusahaan yang lebih baik, munculnya deflasi, dan kekhawatiran tentang China yang telah menarik uang ke Jepang. “Faktor-faktor ini agak berkembang, namun pada dasarnya berlanjut dari tahun lalu.” Meskipun sinyal The Fed bahwa mereka masih berada di jalur penurunan suku bunga sebesar tiga perempat poin tahun ini menempatkan mereka pada jalur yang berlawanan dengan BoJ, para pengambil kebijakan di Jepang telah menekankan bahwa pengetatan lebih lanjut akan dilakukan secara bertahap. BOJ melihat ruang untuk kenaikan lagi tahun ini, dengan para pelaku pasar melihat bulan Juli atau Oktober sebagai tanggal yang mungkin, surat kabar Nikkei melaporkan. "Masih terlalu dini untuk mengatakan ada risiko kenaikan suku bunga di bulan Juli, yang akan memerlukan pelemahan yen yang berkelanjutan meskipun ada penurunan suku bunga The Fed dan kemungkinan intervensi pasar valas Jepang, sehingga memaksa BOJ untuk bertindak,” kata Shusuke Yamada, chief Japan forex and rates strategist di Bank of America. Baca Juga: Bursa Asia Menguat Pada Kamis (21/3) Pagi, Mengekor Kenakan Wall Street