KONTAN.CO.ID - Indeks saham Nikkei Jepang ditutup melemah pada Selasa (22/10), di tengah kekhawatiran bahwa partai yang berkuasa mungkin kehilangan mayoritas di majelis rendah dalam pemilu mendatang. Kinerja buruk Wall Street semalam juga menekan sentimen pasar. Melansir Reuters, Indeks Nikkei turun 1,39% menjadi 38.411,96 dan indeks Topix yang lebih luas merosot 1,06% menjadi 2.651,47.
Baca Juga: Bursa Australia Turun Tajam Selasa (22/10), Saham WiseTech Global Menguat Penurunan ini mengikuti pelemahan di Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 pada Senin (21/10), yang mundur dari penutupan rekor tertinggi pada Jumat sebelumnya serta enam minggu berturut-turut kenaikan. Kenaikan imbal hasil obligasi AS dan kekhawatiran investor terhadap valuasi yang tinggi menambah tekanan pada pasar yang sedang menunggu laporan pendapatan dari perusahaan-perusahaan besar. Media lokal Jepang melaporkan bahwa Partai Demokrat Liberal (LDP) dan mitra koalisinya, Komeito, mungkin akan kehilangan mayoritas di majelis rendah dalam pemilu pada 27 Oktober mendatang. Laporan minggu lalu menyebutkan bahwa LDP mungkin tidak mencapai 233 kursi yang dibutuhkan untuk mayoritas mutlak dari 465 kursi di majelis tersebut.
Baca Juga: Bursa Saham Global Merosot, Imbal Hasil Naik di Tengah Ekspektasi Suku Bunga Tinggi Perdana Menteri Shigeru Ishiba membubarkan majelis rendah pada 9 Oktober lalu, menyiapkan pemilihan umum cepat. "Pasar tidak suka ketidakpastian atau gejolak. LDP mungkin perlu mencari partai lain untuk mempertahankan mayoritas di majelis rendah, yang berarti mereka mungkin harus mengubah beberapa kebijakannya," kata Shigetoshi Kamada, manajer umum departemen riset di Tachibana Securities.
"Biasanya, Nikkei cenderung naik menjelang pemilu nasional, tapi kali ini justru sebaliknya. Jadi, investor perlu merumuskan skenario baru dari awal." Saham perusahaan pemilik merek Uniqlo, Fast Retailing, turun 3,18% dan menjadi penekan terbesar pada indeks Nikkei. Saham produsen peralatan pembuat chip, Tokyo Electron, turun 3,08%, sementara pembuat peralatan uji chip, Advantest, merosot 2,7%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto