KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) akhirnya resmi mendirikan bursa kripto. Pendirian bursa kripto tersebut dinilai akan memberikan kenyamanan lantaran adanya kepastian hukum. CEO Tokocrypto Yudhono Rawis menyambut baik penetapan bursa, kliring, dan pengelola tempat penyimpanan aset kripto oleh Bappebti. Menurutnya, dengan kelembagaan ekosistem industri aset kripto yang lengkap bisa menyediakan kepastian hukum, transparansi, dan perlindungan bagi para pelaku bisnis serta investor di dalamnya.
"Penetapan ini merupakan langkah penting dalam memperkuat posisi Indonesia menjadi salah satu pusat perdagangan dan inovasi aset kripto di wilayah Asia Tenggara," ujar Yudhono kepada Kontan.co.id, Jumat (21/7).
Baca Juga: Bappebti Menyebut, Perkembangan Perdagangan Aset Kripto Masih Menjanjikan Dengan adanya bursa kripto ini, diharapkan juga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap industri aset kripto. Sebab, melalui regulasi yang jelas dan terpadu, para pelaku bisnis dapat beroperasi secara legal dan terhindar dari praktik-praktik yang merugikan. "Dalam jangka panjang, hal ini dapat menciptakan peluang baru untuk inovasi teknologi, investasi, serta pengembangan ekonomi yang berkelanjutan," paparnya.
Prospek aset kripto
Secara umum, Yudhono melihat tren harga aset kripto saat ini dipengaruhi dari guncangan sistem keuangan global, terutama Amerika Serikat (AS) yang bisa memberikan efek cukup besar bagi pasar kripto. Guncangan tersebut adalah situasi makroekonomi yang goyah, akibat inflasi AS yang masih tinggi. "Hal ini bisa membuat seperti crypto winter saat ini," kata dia. Di samping itu, dari laporan pemerintah AS yang kembali jual bitcoin hasil sitaan Silk Road dan Nasdaq. Selanjutnya, bursa saham AS yang mengumumkan akan membatalkan rencana untuk meluncurkan layanan kustodi mata uang kripto membuat pukulan yang signifikan di tengah pemulihan pasar kripto. Sebagai informasi, berdasarkan data coinmarketcap, Jumat (21/7) pada pukul 20.30 harga bitcoin masih tertekan sepekan terakhir ke level US$ 29.865. Yudhono berpandangan, pergerakan harga aset kripto ke depan kemungkinan besar masih tetap akan sideways dengan rentang harga yang tidak terlalu cukup tinggi jaraknya. Bitcoin dan Ethereum belum bisa mencapai ATH yang pernah dicapai atau level baru. Penyebabnya ekonomi global belum pulih sepenuhnya dan tingkat suku bunga bank sentral masih akan terus tinggi untuk menekan inflasi. "Jika hal itu masih terjadi, belum banyak investor yang bergairah masuk ke pasar kripto," imbuhnya. Untuk semester II 2023, pergerakan harga Bitcoin diprediksi akan tetap bullish dengan target sekitar US$ 34.800. Sementara, pergerakan harga Ethereum kemungkinan akan terjadi kenaikan lanjutan dengan target terdekat di sekitar US$ 1.920 untuk menutup akhir 2023.
Yudhono menambahkan, meskipun harga aset kripto sedang mengalami penurunan tetapi tidak mengurangi minat masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen ini. "Fenomena penurunan harga ini juga merupakan hal yang wajar sebagai bagian dari suatu mekanisme pasar pada industri aset kripto," kata Yudhono.
Baca Juga: Bappebti Meresmikan Pendirian Bursa Kripto Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat