Bursa Rabu (7/9) Segera Dibuka, Ini Deretan Saham Blue Chip Yang Masih Murah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) segera membuka jam perdagangan edisi hari ini, Rabu 7 September 2022. Sebelum melakukan transaksi, simak rekomendasi saham blue chip yang memiliki valuasi harga murah dan prospektif untuk investasi.

Saham blue chip adalah saham lapis satu di bursa. Saham blue chip adalah jenis saham yang memiliki kapitalisasi pasar yang besar, mencapai di atas Rp 10 triliun.

Mengutip MNC Sekuritas, saham blue chip memiliki beberapa karakteristik. Salah satunya adalah memiliki kapitalisasi besar. Nilai kapitalisasi suatu perusahaan mampu mencapai nilai triliunan rupiah. Besarnya kapitalisasi pasar ini mampu membuat investor sulit dalam memanipulasi harga.


Selain itu, saham blue chip juga memiliki likuiditas yang bagus. Biasanya likuiditas ini dipengaruhi oleh jumlah saham yang dimiliki publik atau beredar di bursa. Makin banyak kepemilikan saham publik, maka makin likuid pula saham tersebut.

Saham yang masuk ke dalam kategori blue chip biasanya juga telah sudah cukup lama lama terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan jangka waktu minimal lima tahun.

Oleh karena itu, saham blue chip cenderung bergerak steady dan tidak terlalu liar. Anda tidak perlu takut dalam berinvestasi di saham blue chip.

Pasalnya, perusahaan yang sahamnya tergolong blue chip bukan lagi perusahaan yang bertumbuh, tetapi sudah termasuk dalam perusahaan yang mapan dan kuat.

Baca Juga: Saham Blue Chip Sudah Beri Untung Tinggi, Cek Yang Masih Bisa Naik Harga Lagi

Saham jenis blue chip sangat cocok untuk Anda yang ingin berinvestasi jangka panjang. Pada saat pergerakan market tidak menentu, saham Blue Chip biasanya cenderung stabil.

Bukan berarti saham blue chip tidak akan mengalami penurunan. Namun saham-saham blue chip biasanya paling cepat pulih dibandingkan saham small atau mid-caps.

Saham blue chip adalah jenis saham dari perusahaan dengan kondisi keuangan prima, serta beroperasi selama bertahun lamanya. Di Indonesia, saham-saham yang masuk dalam kategori blue chip berada pada daftar indeks LQ45.

Indeks LQ45 mencatatkan imbal hasil (return) sebesar 10,26% sejak awal tahun 2022 sampai dengan Selasa (6/9). Angka ini lebih tinggi dari return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sebesar 9,90% di periode yang sama.

Saham-saham komoditas energi mendominasi daftar 10 teratas saham LQ45 dengan kenaikan harga tertinggi. Sejak awal tahun, kenaikan harga top 10 gainers tersebut berkisar antara 30% sampai dengan lebih dari 116%.

Meskipun begitu, saham-saham komoditas energi memiliki valuasi saham yang masih murah alias undervalued. Hal ini terlihat dari price to earning ratio (PER) aktual yang berada di bawah 10 kali.

Berikut daftar saham blue chip dengan valuasi harga yang masih murah berdasarkan data perdagangan hari Selasa 6 September 2022:

  • Saham PT Indika Energy Tbk (INDY) dengan PER aktual 2,79 kali
  • Saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) PER 3,12 kali
  • Saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) PER 3,58 kali
  • Saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) PER 3,65 kali
  • Saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) PER 4,18 kali
  • Saham PT Timah Tbk (TINS) PER 5,27 kali
  • Saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) PER 5,78 kali
  • Saham PT United Tractors Tbk (UNTR) PER 6,39 kali.
Di luar emiten sektor komoditas energi, ada beberapa instituen LQ45 yang juga memperlihatkan PER rendah. Sebut saja PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dengan PER 4,04 kali, PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) 5,66 kali, dan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) 7,32 kali.

Ada juga PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dengan PER 9,61 kali, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) 9,27 kali, dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) 5,32 kali.

Heaf of Research FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibodo menilai, secara teori, PER di bawah 10 kali memang menunjukkan bahwa suatu saham masih undervalued. Menurutnya, saham-saham komoditas energi tersebut dapat mencatatkan PER di bawah 10 kali karena adanya lompatan laba bersih yang signifikan sepanjang tahun ini.

Hal ini didorong oleh kenaikan harga komoditas, khususnya batu bara dan minyak mentah. Mengingat, rumus perhitungan PER adalah harga saham dibagi dengan earning per share (EPS) alias laba bersih per saham.

"Nah, pada tahun ini, EPS emiten komoditas energi, khususnya batu bara dan minyak mentah mengalami kenaikan signifikan sehingga membuat PER menjadi rendah," kata Wisnu saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (6/9).

Baca Juga: PER IHSG Murah Menjadi Daya Tarik Investor Asing

Hal ini menunjukkan bahwa laba bersih emiten komoditas sangat dipengaruhi harga komoditasnya. Oleh sebab itu, menurut Wisnu, investor yang tertarik berinvestasi di saham komoditas harus pandai dalam memproyeksikan harga komoditasnya dan memahami siklus bisnisnya.

Meskipun begitu, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo berpendapat, saham-saham blue chip di LQ45 dengan PER rendah yang disebutkan di atas masih layak untuk menjadi lahan investasi. Valuasinya masih di bawah rata-rata lima tahun dan berada di standard deviasi -1 sehingga masih undervalued.

Azis menilai, saham-saham yang paling menarik untuk dilirik adalah ADRO, HRUM, INDY, ERAA, MNCN, BBNI, dan BBTN karena prospek ke depannya masih positif. Saham-saham komoditas masih akan terdorong harga komoditas yang tinggi akibat perang dan krisis energi.

Baca Juga: IHSG Naik Tipis, Asing Mengakumulasi Saham BBCA, BBRI, dan BMRI Pada Selasa (6/9)

"Kemudian, pulihnya mobilitas bisa berdampak positif bagi saham retail dan media. Naiknya pertumbuhan kredit juga mengindikasikan kinerja sektor perbankan masih positif," tutur Azis.

Menurut Azis, harga normal saham ADRO berada di Rp 4.300 per saham. Sedangkan harga saham HRUM Rp 3.200.

Lalu harga saham INDY Rp 3.600. Sedangkan harga saham ERAA Rp 670, dan MNCN Rp 1.200 per saham. "Saham-saham komoditas bisa diinvestasikan untuk jangka menengah dan melihat bagaimana perkembangan dari harga komoditas tersebut," kata Azis.

Per perdagangan Selasa (6/9), harga ADRO berada di level Rp 4.040, HRUM Rp 1.855 per saham, INDY Rp 3.190 per saham, ERAA Rp 466 per saham, dan MNCN Rp 905 per saham.

Azis rekomendasi hold untuk INDY dan ADRO, serta buy HRUM, ERAA, dan MNCN. Azis juga merekomendasikan buy BBNI dan BBTN dengan potensi kenaikan harga 15%-20%.

Itulah rekomendasi saham blue chip yang masih undervalued. Ingat disclaimer on, segala risiko investasi atas rekomendasi saham blue chip di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto