Bursa Regional Jeblok, Won dan Dolar Taiwan Ikut Letoi



SEOUL. Anjloknya indeks saham acuan regional memicu pelemahan mata uang di sejumlah negara Asia. Pelemahan mata uang terbesar dialami oleh mata uang won Korea Selatan (Korsel) dan dolar Taiwan.

Catatan saja, indeks Kospi semakin anjlok akibat adanya penjualan saham secara besar-besaran oleh investor asing. Berdasarkan data dari Korea Exchange, Kospi ditutup melemah 7,5%. MSCI Asia Pacific Index juga merosot 5,2%, menyusul penurunan pada Standard & Poor Index yang jatuh lebih dulu sebesar 6,1%, kemarin.

Nah, pada penutupan perdagangan hari ini, won ditutup melemah dan berada pada level terendah sejak 1998 silam. Letoinya nilai won ini disebabkan adanya kekhawatiran akan adanya penurunan permintaan ekspor akibat krisis global berkepanjangan. Bahkan pertumbuhan ekonomi Korea diprediksi mengalami pertumbuhan paling lambat dalam empat tahun terakhir.


Para analis menilai, penjualan saham-saham oleh investor asing lebih dikarenakan nilai won yang semakin melemah. “Para trader menginginkan adanya intervensi Pemerintah Korsel, namun won terus saja melemah, apalagi permintaan dolar juga meningkat,” jelas currency dealer Kim Yule di Seoul.

Pada penutupan perdagangan pukul 15.00 di Seoul, nilai won melemah 3,4% menjadi 1.408,80 per dolar. Dengan demikian, nilai won sudah anjlok 33,2% sepanjang tahun ini.

Sementara itu, dolar Taiwan juga mengalami pelemahan dalam tujuh hari terakhir akibat tingkat ekspor di negara tersebut melempem karena rendahnya permintaan global. Pada penutupan hari ini, dolar Taiwan melemah 1,3% menjadi NT$ 33,408 terhadap dolar AS. Ini merupakan level terendah sejak Mei 2007.

Sebaliknya, dolar mengalami penguatan tertinggi terhadap euro dalam dua tahun terakhir. Hal ini dilatarbelakangi adanya spekulasi bahwa pemerintahan AS akan terus meningkatkan dukungannya pada sektor properti. Selain itu, penguatan dolar selama tujuh hari terakhir ini juga disebabkan adanya prediksi bahwa bank sentral Eropa akan memangkas lagi tingkat suku bunganya.

“Setelah berita ini dirilis, saham-saham menguat. Hal ini sangat positif bagi pergerakan dolar,” jelas Motonari Ogawa, director of currency trading Barclays Capital Inc. Hari ini, dolar AS menembus US$ 1,2728 per euro, dan merupakan penguatan terbesar sejak November 2006.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie