Bursa Regional Masih Menunjukkan Rapor Merah



TOKYO. Saham-saham di kawasan Asia masih menunjukkan rapor merah. Ada beberapa penyebab penurunan indeks regional ini. Beberapa diantaranya yaitu adanya pemangkasan prediksi pendapatan kuartal III oleh Sony Corp. dan melambatnya perekonomian Korea Selatan (Korsel). Faktor-faktor ini semakin meningkatkan kekhawatiran bahwa perekonomian global yang melambat akan memangkas laba yang diperoleh perusahaan.

Pada pukul 10.10 pagi waktu Tokyo, MSCI Asia Pacific Index mengalami penurunan 2,7%. Itu artinya, dalam seminggu belakangan, MSCI sudah turun 4,4% dan bertengger pada level terendah sejak Mei 2004 silam.

Selain itu, Indeks Nikkei 225 Stock Average Jepang juga merosot 4% menjadi 8.126,71. Sedangkan indeks Kospi tergelincir 2,4% dan mengalami keanjlokan terbesar sejak Oktober 2000.


Penurunan beberapa saham perusahaan besar Asia ikut memicu turunnya indeks acuan di kawasan ini. Misalnya saja, saham Sony yang anjlok 11% dan menyentuh level terendahnya sejak 1995 silam. Penurunan tersebut terjadi setelah produsen alat-alat elektronik kedua terbesar dunia ini memangkas separuh dari prediksi pendapatannya. Selain itu, Sony bilang, menguatnya nilai yen juga memperburuk kinerjanya. 

“Penguatan nilai yen membuat nilai penjualan eksportir ikut tergerus. Selain itu, perlambatan perekonomian Amerika Serikat (AS) dan Eropa menyebabkan shock terapi yang hebat ke negara-negara lain,” jelas Hiroshi Fujimoto, fund manager Shinkin Asset Management Co.

Harga saham Samsung Electronics Co. juga turun 3,3% setelah membukukan kerugian kuartalan terbesar dalam tiga tahun terakhir. Sementara, penurunan nilai saham juga terjadi pada Lotte Shopping Co., yang merupakan pusat perbelanjaan terbesar di Korsel. Lotte terjun bebas 7,5% setelah pendapatan bersih yang dicapainya berada di bawah prediksi para analis. Selain itu, penurunan tersebut juga diakibatkan oleh perlambatan perekonomian Korsel yang terendah dalam empat tahun belakangan.

Catatan saja, saat ini, harga saham-saham di Asia lebih murah dibanding harga saham di AS dan Eropa. Kemarin, saham-saham di Negeri Uwak Sam naik untuk pertama kalinya dalam tiga hari terakhir seiring dengan kenaikan indeks S&P 500 sebesar 1,3%. Meroketnya harga saham-saham perusahaan energi memberikan kontribusi terbesar dari kenaikan itu setelah harga minyak perlahan-lahan merangkak naik.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie