JAKARTA. Bursa saham Tiongkok ambruk lagi. Pada Kamis (7/1), indeks CSI 300 anjlok 7,2% menjadi 3.284,74. Otomatis, hal itu menyebabkan bursa China kembali disuspensi. Ini adalah suspensi kedua kali dalam sepekan. Merespons Tiongkok, bursa regional ikut anjlok, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang tersungkur 1,7% ke 4.530,4. Investor asing yang sehari sebelumnya net buy di Bursa Efek Indonesia (BEI), kini melakukan aksi jual (net sell) sebesar Rp 461,8 miliar. Namun jangan pesimistis dulu. Kejatuhan IHSG tak ada apa-apanya dibandingkan dengan koreksi bursa regional lain. Misalnya indeks Nikkei 225 Jepang turun 2,33%, indeks Filipina merosot 2,86%, dan indeks Hong Kong anjlok hingga 3% dalam sehari.
Jika dihitung year to date, IHSG masih menjadi indeks yang paling kuat. Thendra Chrisnanda, analis BNI Securities, menilai, pekan ini sentimen regional masih menyetir IHSG. Tetapi sejauh ini, indeks masih relatif resisten dan lebih kuat menghadapi sentimen luar. Optimisme investor domestik diyakini menjadi salah satu penopang indeks. IHSG diperkirakan berpotensi membaik, karena masih ada ekspektasi tinggi terjadinya January Effect. Thendra bilang, return IHSG di bulan ini akan lebih positif ketimbang bulan sebelumnya. "Penurunan IHSG masih relatif terbatas. Ada beberapa data dalam negeri yang masih ditunggu seperti cadangan devisa," kata dia. Menurut Thendra, anjloknya bursa China akibat data manufaktur yang buruk. Analis memperkirakan, pertumbuhan ekonomi China hanya 5%. Bank sentral China yang memangkas lagi nilai yuan juga membuat pasar saham berguguran. Toh, pergerakan kurs rupiah terlihat masih stabil. Hal ini bakal menjadi sentimen positif buat IHSG. Christian Saortua, analis Minna Padi Investama, mengatakan, sejatinya di awal perdagangan kemarin, penurunan IHSG lebih disebabkan koreksi sehat setelah kenaikan dua hari berturut-turut. Namun suspensi bursa China mengundang kecemasan asing yang menarik dana keluar. Yang perlu dicermati, sejauh mana penurunan yuan berdampak pada rupiah. Secara teknikal jangka pendek, IHSG masih dalam tren menguat. Sehingga, kecemasan terhadap bursa China dianggap sentimen temporer. Efek Januari bisa mendorong IHSG. Sentimen domestik masih kuat. Di awal tahun, kebanyakan investor optimistis, ekonomi Indonesia membaik. Setidaknya sampai kuartal I 2016 IHSG masih berada di jalur positif.
BNI Securities memperkirakan, ekonomi Indonesia tumbuh 5,18% tahun ini. Stimulus pemerintah tahun lalu diharapkan berdampak positif bagi laporan keuangan emiten pada kuartal I 2016. Christian menambahkan, jika nilai tukar bisa stabil di bawah pengaruh koreksi yuan, IHSG akan bullish lagi. "Tidak perlu terlalu reaktif melihat sentimen China. Karena masih ada optimisme dalam negeri," ujar dia. Christian memprediksi di jangka pendek IHSG antara 4.668-4.500. Saham pilihannya BBCA, JSMR dan TLKM. Sementara Thendra merekomendasikan TLKM, WSKT, PTPP, WIKA , ADHI, JSMR dan UNVR. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie