KONTAN.CO.ID - NEW YORK - Tingginya suku bunga Federal Reserve (The Fed) menekan sektor ritel AS. Harga saham banyak perusahaan ritel tergerus akibat kebijakan moneter ketat selama berbulan-bulan, sementara beberapa saham justru melonjak. Indeks S&P 500 Consumer Discretionary Distribution & Retail naik hampir 14% tahun ini, sejalan dengan kenaikan indeks S&P 500 secara keseluruhan.
Namun, kenaikan tersebut ditopang oleh sedikit saham saja, termasuk raksasa Amazon.com yang sahamnya naik hampir 21% tahun ini. Sementara itu, saham perusahaan yang fokus pada konsumen berpenghasilan rendah justru merosot.
Baca Juga: Sebulan Turun 0,53%, Harga Emas Hari Ini Bergeming (16 Juni 2024) Analis mengatakan hal ini terjadi karena pembeli di segmen tersebut lebih tertekan oleh tingginya suku bunga. Contohnya adalah saham Dollar Tree yang turun hampir 27% year-to-date dan Dollar General yang turun hampir 9%. Selain ritel, sektor properti dan kebutuhan pokok konsumen juga merasakan tekanan dari kenaikan suku bunga. The Fed awal pekan ini menegaskan kembali bahwa mereka membutuhkan bukti penurunan inflasi sebelum menurunkan biaya pinjaman. "Segmen menengah ke bawah semakin tertekan karena harga bensin dan bahan makanan," kata Greg Halter, direktur riset di Carnegie Investment Counsel. "Mereka merasa terpuruk meskipun kondisi ekonomi sedang baik." Perhatian investor akan beralih ke konsumen pada pekan depan ketika AS melaporkan data penjualan ritel pada hari Selasa. Analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penjualan ritel tumbuh 0,2% di bulan Mei.
Baca Juga: Cek Harga Emas Batangan di Pegadaian: Emas Antam, Galeri 24, dan UBS Hasil yang lebih lemah dari perkiraan - menyusul data awal pekan ini yang menunjukkan kemajuan positif dalam penanganan inflasi - dapat mendorong The Fed untuk menurunkan suku bunga lebih cepat. Pasar berjangka menunjukkan meningkatnya ekspektasi investor terhadap penurunan suku bunga pada September, meskipun The Fed memproyeksikan mereka hanya akan menurunkan biaya pinjaman pada bulan Desember. Performa saham ritel yang beragam mendorong investor untuk fokus pada perusahaan yang konsumennya dapat bertahan menghadapi suku bunga yang lebih tinggi atau perusahaan yang menawarkan diskon untuk barang-barang rumah tangga bermerek seperti pakaian atau bahan makanan, seperti Costco Wholesale.
Baca Juga: Grafik Harga Emas 24 Karat Antam Terbaru (16 Juni 2024) Perusahaan investasi Halter telah membeli saham-saham perusahaan seperti Walmart, Costco, dan TJX Companies yang model bisnisnya mengutamakan nilai bagi konsumen. Saham mereka masing-masing naik 28%, 29%, dan 16%. Robert Pavlik, senior portfolio manager di Dakota Wealth Management, mengatakan bahwa dia telah memiliki saham Costco dan TJX Companies, yang menunjukkan manajemen dan kontrol inventaris mereka yang kuat. "Saya pikir inflasi akan bertahan tetapi moderat dan konsumen masih akan berusaha untuk memaksimalkan penggunaan uang mereka," katanya. Bokeh Capital Partners memiliki saham Urban Outfitters, yang naik lebih dari 20% tahun ini.
Baca Juga: Bursa Saham AS: Indeks Nasdaq Catat Rekor Tertinggi 5 Hari Berturut Kim Forrest, kepala investasi Bokeh, mengatakan bahwa kekuatan Urban Outfitters sebagai penjual fashion telah membantu perusahaan melewati lingkungan inflasi, dengan menambahkan "orang akan berkorban untuk tampil gaya." Josh Cummings, portfolio manager di Janus Henderson Investors, percaya bahwa area seperti belanja online akan terus berkembang meskipun suku bunga tetap tinggi.
Dia telah mengincar perusahaan seperti Carvana, yang sahamnya hampir naik dua kali lipat tahun ini, dan DoorDash, yang sahamnya naik sekitar 13%. "Kami tidak terlalu tertarik dengan sektor konsumen secara keseluruhan, tetapi kami yakin kami berada di awal pertumbuhan beberapa kisah sukses ini," katanya.
By David Randall and Lewis Krauskopf Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Hasbi Maulana