Bursa Saham Asia Lesu, Dolar Melemah Jelang Libur Thanksgiving AS



KONTAN.CO.ID - Wajah bursa Asia bergerak lesu pada Kamis (28/11) pagi, sementara dolar berada dalam posisi defensif setelah data Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa upaya memperlambat inflasi tampaknya mengalami hambatan, meskipun ekonomi tetap tangguh.

Hal ini memunculkan ketidakpastian terkait langkah yang akan diambil The Fed pada tahun depan. 

Dengan libur Thanksgiving di AS yang diperkirakan akan mengurangi aktivitas perdagangan hingga akhir pekan, para pelaku pasar cenderung enggan mengambil posisi besar. 


Indeks MSCI Asia-Pasifik di luar Jepang turun tipis 0,07% dan indeks Nikkei Jepang naik 0,46%. 

Baca Juga: Simak Rekomendasi Teknikal Mirae Sekuritas untuk BUMI, PSAB & DSNG, Kamis (28/11)

Sentimen investor masih rapuh di tengah kekhawatiran potensi perang tarif yang dipicu oleh kebijakan Presiden terpilih AS, Donald Trump. 

Data pada Rabu (27/11) menunjukkan pengeluaran konsumen AS meningkat sedikit lebih tinggi dari ekspektasi pada Oktober.

Namun, kemajuan dalam menurunkan laju inflasi tampaknya terhenti dalam beberapa bulan terakhir. 

Kurangnya keberhasilan untuk membawa inflasi kembali ke target The Fed 2%, ditambah dengan prospek kenaikan tarif barang impor, dapat mempersempit ruang bagi pemangkasan suku bunga di tahun depan. 

Meski The Fed masih diperkirakan akan memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya pada Desember, risalah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) 6-7 November yang dirilis Selasa menunjukkan perbedaan pandangan di antara para pejabat tentang seberapa jauh mereka perlu menurunkan suku bunga. 

“Kami masih memperkirakan FOMC akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Desember,” kata Kristina Clifton, ekonom di Commonwealth Bank of Australia. 

Baca Juga: IHSG Turun 0,53% di Awal Perdagangan Kamis (28/11), Saat Wajah Bursa Regional Beragam

Namun, menurutnya, inflasi inti yang kuat pada November dapat menantang pandangan FOMC bahwa inflasi sedang bergerak menuju target 2% per tahun.

Ketidakpastian ini dapat mengurangi ekspektasi pasar untuk pemangkasan suku bunga pada Desember. 

Data LSEG menunjukkan, para pelaku pasar saat ini memperkirakan peluang 65% untuk pemangkasan suku bunga oleh The Fed bulan depan, dengan total pelonggaran hingga 75 basis poin di akhir 2025. 

Strategis dari Macquarie mencatat bahwa prospek inflasi menjadi semakin tidak jelas, terutama jika ancaman tarif dari pemerintahan Trump mendatang terealisasi, yang berpotensi mendorong kembali tekanan inflasi pada barang inti. 

Di Asia, langkah mengejutkan datang dari bank sentral Korea Selatan yang memangkas suku bunga acuan untuk kedua kalinya secara berturut-turut pada Kamis, merespons perlambatan ekonomi dan inflasi yang lebih rendah dari prediksi. Nilai tukar won melemah setelah keputusan tersebut. 

Yen Jepang turun 0,3% ke 151,615 per dolar, tetapi tetap mendekati level tertinggi satu bulan yang dicapai pada sesi sebelumnya.

Baca Juga: IHSG Belum Bertenaga, Dibuka Dengan Penurunan 0,5% Pada Kamis Pagi (28/11)

Mata uang ini menuju performa mingguan terkuat sejak awal September di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga oleh Bank of Japan bulan depan. 

Sementara itu, euro stabil setelah naik 0,7% di sesi sebelumnya, didukung pernyataan anggota dewan ECB, Isabel Schnabel, yang menyarankan pemangkasan suku bunga dilakukan secara bertahap dan tidak terlalu agresif. 

Baca Juga: Bursa Asia Dibuka Bervariasi Kamis (28/11), Fokus ke Suku Bunga Bank of Korea

Harga Komoditas Stabil 

Di pasar komoditas, harga minyak stabil setelah kekhawatiran pasokan mereda menyusul kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hezbollah. 

Minyak mentah Brent diperdagangkan di US$72,8 per barel dan West Texas Intermediate (WTI) stabil di US$68,7 per barel. 

Harga emas spot turun tipis menjadi US$2.626 per ons troi. 

Selanjutnya: Referensi Dekorasi Natal dalam Ruangan Menggunakan Tanaman Hias

Menarik Dibaca: Referensi Dekorasi Natal dalam Ruangan Menggunakan Tanaman Hias

Editor: Yudho Winarto