JAKARTA. Mayoritas indeks bursa saham di kawasan Asia terpangkas. Pada perdagangan Selasa (17/5), indeks BSE Bombay terkoreksi 1,13%, Hang Seng melorot 0,26%, dan Kospi menurun 0,08%. Adapun indeks Shanghai dan Nikkei naik masing-masing 0,13% dan 0,09%. Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Straits Times Singapura, pada Senin (16/5), sama-sama terkoreksi 0,86%. Kedua bursa terakhir kemarin tutup karena hari libur nasional. Kejatuhan pasar saham Asia sejalan dengan koreksi yang terjadi di Wall Street. Indeks Dow Jones, pada Senin, ditutup menurun 0,38%. Indeks S&P 100 juga melemah 0,66% menjadi 590,26. Ini merupakan level penutupan terendah S&P selama sebulan terakhir.
Koreksi pasar saham Amerika Serikat merupakan tanda-tanda pemulihan ekonomi di Negeri Paman Sam masih jauh dari harapan. Merosotnya indeks S&P 500 ke bawah level support, menurut analis, masih akan berlanjut. Stimulus The Fed Isu yang menekan bursa AS dan Asia masih sama, yaitu krisis utang yang membelit negara Eropa, seperti Yunani dan Portugal. "Isu utang Eropa masih memanas dan momentum tersebut bisa menghambat pertumbuhan ekonomi AS," ujar Naoteru Teraoka, General Manager Chuo Mitsui Asset Management Co., seperti dikutip Bloomberg, Selasa. Suryadi, Head of Online Trading AM Capital, berpendapat, penurunan pasar saham global merupakan imbas dari aksi ambil untung (profit taking) investor sebelum berakhirnya program stimulus atau
Quantitave Easing senilai US$ 600 miliar di AS. Kebijakan stimulus bank sentral AS, The Fed, ini akan berakhir pada Juni nanti. "Investor mewaspadai penarikan dana besar-besaran dari pasar saham sehingga menyebabkan bursa jatuh cukup dalam," kata Suryadi. Toh, terangkatnya bursa regional belakangan itu juga lantaran efek stimulus The Fed yang mengalir deras, khususnya ke negara
emerging market. Apabila program tersebut tidak berlanjut, maka likuiditas akan berkurang di pasar keuangan global.
Di sisi lain, sebagian bursa saham Asia, seperti Indonesia, Malaysia dan Singapura, pada Selasa kemarin tutup untuk memperingati Waisak. Berhentinya aktivitas perdagangan mendorong para pelaku pasar wait and see dalam bertransaksi. "Investor cenderung lebih hati-hati menentukan sikapnya," ujar Apressyanti Senthaury, Analis Riset Divisi Tresuri Bank BNI. Suasana liburan juga menyebabkan volume transaksi dan perdagangan saham cenderung sepi. Suryadi dan Apressyanti memperkirakan indeks bursa di kawasan Asia akan bergerak flat dengan kecenderungan melemah hingga akhir minggu ini. Indeks Nikkei 225 diprediksi di 9.650-9.800. Sementara indeks Hang Seng secara teknikal masih berpotensi menurun selama pekan ini di kisaran 23.300-an. Adapun indeks Kospi masih terkena imbas penurunan harga sejumlah komoditas. Indeks ini berpotensi melemah ke kisaran 2.000 hingga 2.050. "Indeks Straits Times juga dalam masa konsolidasi dan memiliki kecenderungan melemah di rentang 3.100-3.200," tutur Apressyanti. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini