KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa saham Asia jatuh ke level terendah dalam seminggu pada hari Jumat (10/11). Sementara dolar Amerika Serikat (AS) menguat karena kenaikan imbal hasil US Treasury membebani sentimen setelah komentar hawkish dari Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell memadamkan ekspektasi puncak suku bunga telah tercapai. Indeks MSCI yang terdiri dari saham-saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 1% ke level terendah satu minggu di 486,39. Sementara Nikkei Jepang turun 0,50%. Pejabat Federal Reserve AS termasuk Powell kemarin mengatakan bahwa mereka masih tidak yakin suku bunga cukup tinggi untuk menyelesaikan perjuangan melawan inflasi. The Fed, "Berkomitmen untuk ... kebijakan moneter yang cukup ketat untuk menurunkan inflasi hingga 2% dari waktu ke waktu," kata Powell pada acara Dana Moneter Internasional semalam.
“Kami tidak yakin bahwa kami telah mencapai sikap seperti itu,” imbuh Powell seperti dikutip
Reuters.
Baca Juga: IHSG Turun Tipis pada Jumat (10/11) Pagi, Dua Saham Grup Barito Top Gainers LQ45 Komentar Powell dan lemahnya lelang obligasi Treasury 30-tahun sebesar US$ 24 miliar mendorong imbal hasil lebih tinggi. Kondisi ini turut membayangi ekuitas dan memberikan dukungan kepada dolar. “Tidak ada gunanya memaksa pasar untuk mengharapkan penurunan suku bunga sebelum hal tersebut dianggap perlu,” kata Rob Carnell, kepala penelitian Asia-Pasifik di ING. Investor telah mencari tanda-tanda puncak suku bunga AS setelah The Fed mempertahankan suku bunga stabil pada minggu lalu. Langkah The Fed menahan suku bunga memperkuat spekulasi bahwa siklus kenaikan suku bunga telah berakhir, sehingga menyebabkan kenaikan jangka pendek pada aset-aset berisiko. Carnell mengatakan, The Fed perlu mempertahankan suku bunga dan imbal hasil obligasi tetap tinggi untuk mencapai kondisi keuangan yang lebih ketat. Kondisi keuangan ketat akan menurunkan inflasi dan memungkinkan The Fed pada akhirnya menurunkan suku bunga.
Baca Juga: Reli Wall Street Dipatahkan Pernyataan The Fed & Hasil Lelang US Treasury yang Buruk Semalam, tiga indeks saham utama AS ditutup melemah. Nasdaq dan S&P 500 menghentikan kenaikan beruntun terpanjang dalam dua tahun karena optimisme pasar terhadap kebijakan moneter yang lebih longgar memudar. Indeks saham utama China turun 0,6%, sementara Indeks Hang Seng Hong Kong turun 1,6%. Selain karena sentimen global, kekhawatiran terhadap ekonomi China muncul kembali setelah data pada hari Kamis menunjukkan harga konsumen kembali mengalami kontraksi. Tapas Strickland, kepala ekonomi pasar di NAB mengatakan, data tersebut terus memberikan tekanan pada pemerintah China untuk melanjutkan pelonggaran bertahap dalam kebijakan moneter dan fiskal. Imbal hasil obligasi Treasury 10-tahun turun 1 basis poin menjadi 4,620% pada pagi ini setelah naik 10,7 bps semalam. Imbal hasil obligasi Treasury 30-tahun turun 2,1 basis poin menjadi 4,746% setelah naik 12,1 bps semalam.
Baca Juga: Cermat Memilih Saham Pilihan di Tahun Pemilu Di pasar mata uang, indeks dolar mempertahankan kenaikan semalam dan terakhir berada di 105,87. Dolar mendekati level tertinggi satu tahun di 151,38 yen dan menyentuh level tertinggi satu minggu terhadap dolar Australia dan Selandia Baru. Harga minyak mentah WTI AS turun 0,03% menjadi US$ 75,72 per barel dan Brent berada di US$ 80,08, naik 0,09% hari ini. Pasar minyak terguncang minggu ini karena kekhawatiran terhadap permintaan, dengan memudarnya premi risiko perang yang memicu aksi jual. Harga emas di pasar spot sedikit berubah pada US$ 1,959.74 per ons troi dan berada di jalur untuk minggu terburuknya dalam lebih dari sebulan. Peningkatan imbal hasil US Treasury dan penguatan dolar membebani harga logam mulia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati