KONTAN.CO.ID - Bursa saham China kembali melemah pada Senin (16/12), setelah data terbaru menunjukkan perlambatan konsumsi yang lebih besar dari ekspektasi. Kondisi ini menambah tekanan pada pasar yang sudah mengalami pelemahan pekan lalu, dengan investor kini mengalihkan perhatian mereka ke potensi langkah pelonggaran kebijakan oleh bank sentral. Indeks utama, seperti CSI300 turun sebesar 0,54% pada penutupan perdagangan, memperpanjang penurunan mingguan sebesar 1%.
Baca Juga: Konsumsi Lemah Menekan Ekonomi China di Tengah Ancaman Tarif Trump Sementara itu, Indeks Shanghai Composite juga mencatat pelemahan sebesar 0,16% ke level 3.386,33, dan Hang Seng Hong Kong jatuh lebih dalam dengan penurunan 0,88%, berakhir di posisi 19.759,49. Data ekonomi yang dirilis pada hari ini menunjukkan bahwa konsumsi domestik China menghadapi tekanan berat. Penjualan ritel, yang menjadi indikator utama daya beli masyarakat, hanya tumbuh 3% pada November, jauh lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan 4,8% pada Oktober dan proyeksi para ekonom yang memperkirakan angka 4,6%. Sementara itu, output industri tumbuh sebesar 5,4% secara tahunan (YoY)pada bulan yang sama, mendekati angka Oktober, tetapi tidak cukup untuk memulihkan sentimen pasar yang lesu.
Baca Juga: Gree Electric Asal China Kini Bisa Memproduksi Chip Sendiri Pelemahan konsumsi ini juga diperparah oleh data kredit yang mengecewakan. Pinjaman baru dari perbankan di China pada November naik jauh di bawah ekspektasi, mencerminkan lemahnya permintaan meskipun ada berbagai upaya stimulus dari pemerintah. Para analis dari Citi memperingatkan bahwa perlambatan ini kemungkinan akan terus berlanjut hingga 2025, dengan ancaman deflasi yang menjadi hambatan besar bagi pemulihan ekonomi. Dalam kondisi ini, perhatian investor tertuju pada langkah-langkah kebijakan selanjutnya dari pemerintah. Meskipun ada nada optimistis dari hasil rapat Politbiro dan Konferensi Kerja Ekonomi Pusat pekan lalu, tidak ada keputusan konkrit atau angka pasti yang diumumkan. Analis memperkirakan bahwa kekosongan kebijakan ini mungkin akan terus berlangsung hingga Kongres Rakyat Nasional pada Maret tahun depan.
Baca Juga: EMERGING MARKETS: Rupiah dan Ringgit Terus Melemah, Fokus ke Keputusan Suku Bunga Namun demikian, sejumlah analis, termasuk dari Nomura, memprediksi bahwa bank sentral China, People's Bank of China (PBOC), kemungkinan akan memangkas rasio persyaratan cadangan sebesar 50 basis poin sebelum akhir tahun untuk menstimulasi likuiditas. Sementara itu, sentimen negatif juga menyelimuti pasar regional. Indeks saham MSCI Asia di luar Jepang mencatat penurunan 0,31% dan Nikkei Jepang ditutup hampir datar dengan pelemahan 0,03%. Di pasar valuta asing, yuan China melemah tipis sebesar 0,11% terhadap dolar AS, diperdagangkan di level 7,2814 per dolar, dibandingkan dengan posisi penutupan sebelumnya di 7,2731. Dengan perlambatan konsumsi yang terus berlanjut dan ketidakpastian kebijakan, tantangan bagi perekonomian China kian terasa menjelang tahun 2025.
Investor kini menantikan langkah-langkah konkret dari pemerintah dan bank sentral untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan di tengah tekanan domestik maupun global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto