JAKARTA. Pasar saham mulai kehilangan tenaga. Lima hari terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun terus. Kemarin (23/6) IHSG turun 0,11% ke posisi 4.842,13. Memang, jika menghitung sejak awal tahun sampai kemarin atau year to date, IHSG masih naik 13,28%. Namun dalam sebulan terakhir IHSG sudah turun sekitar 2,6%. Nilai transaksi saham juga sepi. Kemarin, transaksi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) hanya sekitar Rp 4,5 triliun, di bawah rata-rata nilai transaksi tahun ini yang sekitar Rp 6,2 triliun.
Asing juga masih menjual portofolio saham di Indonesia. Kemarin, asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) sekitar Rp 208,67 miliar. Hans Kwee, Pengamat Pasar Modal, melihat, kalaupun IHSG masih naik sejak awal tahun, itu akibat kenaikan harga saham pada masa awal semester I 2014. Waktu itu, IHSG mendapatkan tenaga yang sangat kuat, terutama dari penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada Maret-April. Pada periode itu, rupiah sempat menyentuh
Rp 11.250 per dollar AS. Faktor lain pendorong penguatan harga saham di awal tahun ini adalah aliran deras dana asing. Total dana asing yang masuk ke bursa (net buy) Rp 43,99 triliun. Dua faktor itulah yang mendorong IHSG hingga menembus posisi 5.000 pada April 2014. Sayang, selepas April, tenaga IHSG mulai kendor. Memburuknya data ekonomi Indonesia, faktor pelemahan rupiah hingga mendekati level Rp 12.000 per dollar AS, serta meningkatnya suhu politik di Tanah Air menjelang pemilihan presiden, kian memperpuruk pasar saham. Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, melihat, pasar saham masih tak bertenaga sampai 9 Juli 2014. Selain menunggu hasil pemilu presiden, data ekonomi domestik masih tak memuaskan, sementara rupiah juga kembali melemah ke angka Rp 12.000 per dollar AS. Riset Taye Shim, analis KDB Daewoo Securities, menuliskan, sebenarnya pelemahan rupiah saat ini merupakan hal wajar. Sebab, permintaan dollar AS naik menjelang Ramadan untuk memenuhi impor. Karena itu, sepanjang masa menanti hasil pemilihan presiden dan Ramadan, IHSG masih akan bergerak mixed.
Menurut Satrio, investor lebih memilih wait and see. Soalnya, figur presiden baru sangat menentukan sikap investor ke depan. Satrio menyarankan investor mengambil posisi
hold hingga 9 Juli. "Arah bursa setelah pilpres sulit diprediksi karena tergantung pasangan yang terpilih," ungkap Satrio. Shim menyarankan, investor fokus pada fundamental emiten dan ekonomi Indonesia. "Mei cadangan devisa di level tertinggi yakni US$ 107 miliar," ujar dia. Satrio memprediksikan, hingga akhir IHSG bisa berada di rentang yang jauh 3.600-5.650. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia