Buruh PT Smelting mengadu soal PHK



JAKARTA. Buruh yang tergabung dalam serikat pekerja Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) PT Smelting meminta bantuan pemerintah menyelesaikan persoalan pemutusan hubungan kerja PHK sepihak yang telah dilakukan manajemen.

Ketua PUK SPL FSPMI PT Smelting Zainal Arifin mengatakan, sampai saat ini setidaknya ada 309 pekerja yang telah di PHK tanpa ada pemberitahuan sebelumnya. "Pihak manajemen tidak ada iktikad untuk menyelesaikan persoalan ini," kata Zainal, Selasa (7/3).

Zainal bilang, persoalan PHK sepihak ini dikarenakan aksi mogok kerja yang dilakukan oleh sebagian buruh dalam rangka meminta kesamaan hak untuk kenaikan gaji. Pasalnya, manajemen membedakan kenaikan gaji yang sangat jauh antara staf dengan pekerja managerial sejak tanggal 19 Januari lalu.


Bila untuk staf kenaikan gaji rata-rata berada di kisaran 5%, namun untuk tingkat managerial lonjakannya sangat jauh yakni mencapai 170%. Itulah penyebab kecemburuan dari kalangan staf atas penerapan kenaikan gaji tersebut.

Sekadar catatan, PT Smelting berdiri tahun 1996 dengan desain awal mengolah 90 ton per jam konsentrat tambang PT Freeport untuk menghasilkan 200.000 ton tembaga per tahun. Pada tahun 2016, PT Smelting Gresik mampu meningkatkan kapasitas produksinya menjadi lebih dari 140 ton per jam konsentrat tembaga untuk menghasilkan 300.000 ton tembaga per tahun.

Dengan pemecatan sebagian besar pekerja oleh PT Smelting maka produksi tembaga berhenti. Dampaknya, sebanyak konsentrat tambang yang dikirim oleh PT Freeport tidak dapat diolah sehingga membuat karyawan juga dirumahkan. Total pekerja PT Smelting sebelum ada PHK ini adalah sebanyak 500 pekerja.

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengatakan, PT Smelting ini merupakan aset penting yang perlu dijaga oleh pemerintah. "Perusahaan Smelter ini adalah satu-satunya yang ada di ini, sehingga Pemerintah harus mempertahankan pekerja-pekerja ini," kata Said.

Sebagai aset strategis, dampak yang bakal ditimbulkan akibat tidak beroperasinya perusahaan ini akan meluas. Pasalnya, produk turunan yang dihasilkan dari pengolahan ini beragam dan dibutuhkan oleh sektor-sektor yang lain, seperti contohnya perusahaan pupuk, dan perusahaan semen.

Akibat dari tidak terserapnya konsentrat tambang yang masuk ke PT Smelting di Gresik ini sudah ada karyawan di PT Freeport yang dirumahkan lantaran tidak ada kegiatan. "Kalau berhenti produksi, sebanyak 230.000 pekerja di PT Freeport sebagai suporting product akan terancam," kata Said.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia