New York, Milan, Paris, dan Hongkong, boleh saja terkenal sebagai kota mode dunia. Sebentar lagi, mungkin Indonesia bisa menjadi kiblat busana muslim. Busana muslim saat ini makin modis, menarik, dan trendi dengan menonjolkan sentuhan budaya khas Indonesia.New York, Milan, Paris, dan Hong Kong, boleh saja terkenal sebagai kota mode dunia. Sebentar lagi, mungkin Indonesia bisa menjadi kiblat busana muslim. Busana muslim saat ini makin modis, menarik, dan trendi dengan menonjolkan sentuhan budaya khas Indonesia.Mode busana muslim di Indonesia sudah ada sejak era 1980-an. Namun, fesyen islami ini baru berkembang pesat sekitar 10 tahun lalu. Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, permintaan busana muslim tentu sangat tinggi. Cuma, busana yang modis tetap menjadi kebutuhan.Ini yang kemudian coba ditawarkan para desainer busana muslim kita. Para perancang mulai memadukan busana muslim dengan kain khas Indonesia, seperti batik dan tenun, serta ragam motif dari seluruh nusantara.Kesan etnik dengan warna-warna alam membuat busana muslim makin menarik dan trendi. Perpaduan antara busana muslim dengan berbagai kain khas Indonesia ini populer dengan sebutan desain etnik kontemporer.Inti desain tersebut adalah, berani memunculkan karakter dalam setiap desain. "Sifat etniknya bisa ditekankan dari bahan, warna, dan potongan," kata Savitri, desainer busana muslim asal Pontianak, Kalimantan. Ia mengatakan, tantangan para desainer adalah, bagaimana menciptakan busana muslim yang luwes, namun tetap memperlihatkan kekhasan budaya. Untuk itu, banyak desainer yang memakai warna, semacam oranye, terakota, cokelat, dan toska, dalam busana muslim ciptaannya. Najua Yanti, perancang busana muslim yang juga senang memadukan sentuhan etnik dengan warna-warna tersebut. Menurutnya, pemakaian kelir-kelir itu untuk menghasilkan produk fesyen yang eksotis nan segar.Ketika memulai karier sebagai desainer busana muslim tahun 2000, Najua mengusung gaya rancangan etnik kontemporer. Sentuhan garis bergaya etnik dengan mudah dilihat dari penempatan motif batik di beberapa bagian busana muslim buatan Najua, semisal kerah dan ujung lengan.Najua banyak mengeksplorasi beberapa jenis batik. Contohnya, batik Pekalongan, Cirebon, dan Solo. Selain itu, ia juga senang memadukan corak dari kain tenun asal daerah tertentu, seperti Sumatera dan Nusa Tenggara Barat, dalam busana muslim rancangannya.Tetapi, motif atau corak tradisional tersebut tak jarang juga dipadu padankan dengan aksen dari negara lain. "Misalnya, payet-payet dari India atau tenun khas Thailand," kata Najua.Savitri yang mulai menggeluti busana muslim sejak 2003 juga menggunakan pelbagai motif tradisional, seperti yang ada pada kain tenun Kalimantan dan Nusa Tenggara Barat, serta pelbagai kain hand painting. "Saya biasanya membuat menjadi blazer, bolero, rompi, atau topi," ujarnya.Untuk mengembangkan bahan baku tenun, Savitri menggandeng para penenun di Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat. "Jadi, dengan pemerintah daerah setempat, saya berusaha mengembangkan kain tenun lokal," ungkap dia.Tenun lokal Sekadau memiliki bentuk seperti lurik dengan diselingi motif. Dan, berwarna lebih terang dibandingkan dengan tenun Kalimantan Barat lainnya.Menurut Savitri, busana muslim yang simpel tapi tetap mengandung unsur etnik, sekarang ini paling dicari konsumen. Makanya, para desainer harus memikirkan kenyamanan bahan dan tidak ribet dalam pemakaian. "Cuaca di Indonesia panas, bentuk busana yang ribet dan bertumpuk biasanya banyak dihindari," katanya.Selain bahan, pemasangan aksesori juga memegang peran penting untuk menambah kesan etnik busana muslim. Karena itu, Najua banyak menggunakan bros ukiran tembaga atau kuningan dan aneka kalung atawa gelang etnik dalam rancangannya. "Paling tidak, saya selalu memasukkan 30% unsur etnik kontemporer dalam tiap rancangan busana," ujar dia.Pada 2011 nanti, Najua bakal memperkenalkan tren busana muslim baru. Ia memilih batik Jambi dan Pekalongan untuk koleksi rancangan busana muslim etnik kontemporernya tahun depan. Dengan pilihan kain tersebut, Najua bilang, tren busana muslimnya tahun depan akan lebih berani memainkan warna-warna cerah, seperti merah bata, merah cerah, fuschia, dan oranye. Namun, warna-warna itu hanya akan diaplikasikan untuk busana first line yang lebih eksklusif.Najua memang membagi busana muslim hasil rancangannya dalam beberapa kategori. Selain busana siap pakai, ada juga busana muslim eksklusif atau first line dan busana pengantin. Selama ini, kapasitas produksi busana muslim Najua sekitar 100 hingga 200 potong per bulan. Untuk desain baju muslim siap pakai, ia hanya membuat sekitar 20 potong baju untuk satu desain dengan harga antara Rp 225.000 sampai Rp 1,2 juta per potong. Untuk busana muslim eksklusif, Najua mematok harga mulai Rp 1 juta hingga Rp 2,5 juta. Ia hanya membuat tiga busana eksklusif untuk satu model. Sementara, untuk busana pengantin muslim harganya Rp 5 juta hingga Rp 20 juta.Najua memang enggan mengungkap nilai nominal pasti omzet usahanya saat ini. Namun, jika dihitung-hitung, omzetnya bisa mencapai Rp 100 juta bahkan lebih dalam sebulan.Adapun Savitri biasanya mengantongi omzet sekitar Rp 50 juta di bulan biasa. Harga baju muslim Savitri, mulai dari Rp 400.000 per potong berupa atasan hingga Rp 3,5 juta.Savitri masih menjual busana muslim hasil desainnya di Pontianak. Tapi, dalam waktu dekat, ia akan membuka satu workshop di Jakarta termasuk satu butik di Bali. "Saya sering ke Jakarta untuk mengikuti pelbagai peragaan busana muslim," katanya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Busana muslim modis yang mengantar fulus
New York, Milan, Paris, dan Hongkong, boleh saja terkenal sebagai kota mode dunia. Sebentar lagi, mungkin Indonesia bisa menjadi kiblat busana muslim. Busana muslim saat ini makin modis, menarik, dan trendi dengan menonjolkan sentuhan budaya khas Indonesia.New York, Milan, Paris, dan Hong Kong, boleh saja terkenal sebagai kota mode dunia. Sebentar lagi, mungkin Indonesia bisa menjadi kiblat busana muslim. Busana muslim saat ini makin modis, menarik, dan trendi dengan menonjolkan sentuhan budaya khas Indonesia.Mode busana muslim di Indonesia sudah ada sejak era 1980-an. Namun, fesyen islami ini baru berkembang pesat sekitar 10 tahun lalu. Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, permintaan busana muslim tentu sangat tinggi. Cuma, busana yang modis tetap menjadi kebutuhan.Ini yang kemudian coba ditawarkan para desainer busana muslim kita. Para perancang mulai memadukan busana muslim dengan kain khas Indonesia, seperti batik dan tenun, serta ragam motif dari seluruh nusantara.Kesan etnik dengan warna-warna alam membuat busana muslim makin menarik dan trendi. Perpaduan antara busana muslim dengan berbagai kain khas Indonesia ini populer dengan sebutan desain etnik kontemporer.Inti desain tersebut adalah, berani memunculkan karakter dalam setiap desain. "Sifat etniknya bisa ditekankan dari bahan, warna, dan potongan," kata Savitri, desainer busana muslim asal Pontianak, Kalimantan. Ia mengatakan, tantangan para desainer adalah, bagaimana menciptakan busana muslim yang luwes, namun tetap memperlihatkan kekhasan budaya. Untuk itu, banyak desainer yang memakai warna, semacam oranye, terakota, cokelat, dan toska, dalam busana muslim ciptaannya. Najua Yanti, perancang busana muslim yang juga senang memadukan sentuhan etnik dengan warna-warna tersebut. Menurutnya, pemakaian kelir-kelir itu untuk menghasilkan produk fesyen yang eksotis nan segar.Ketika memulai karier sebagai desainer busana muslim tahun 2000, Najua mengusung gaya rancangan etnik kontemporer. Sentuhan garis bergaya etnik dengan mudah dilihat dari penempatan motif batik di beberapa bagian busana muslim buatan Najua, semisal kerah dan ujung lengan.Najua banyak mengeksplorasi beberapa jenis batik. Contohnya, batik Pekalongan, Cirebon, dan Solo. Selain itu, ia juga senang memadukan corak dari kain tenun asal daerah tertentu, seperti Sumatera dan Nusa Tenggara Barat, dalam busana muslim rancangannya.Tetapi, motif atau corak tradisional tersebut tak jarang juga dipadu padankan dengan aksen dari negara lain. "Misalnya, payet-payet dari India atau tenun khas Thailand," kata Najua.Savitri yang mulai menggeluti busana muslim sejak 2003 juga menggunakan pelbagai motif tradisional, seperti yang ada pada kain tenun Kalimantan dan Nusa Tenggara Barat, serta pelbagai kain hand painting. "Saya biasanya membuat menjadi blazer, bolero, rompi, atau topi," ujarnya.Untuk mengembangkan bahan baku tenun, Savitri menggandeng para penenun di Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat. "Jadi, dengan pemerintah daerah setempat, saya berusaha mengembangkan kain tenun lokal," ungkap dia.Tenun lokal Sekadau memiliki bentuk seperti lurik dengan diselingi motif. Dan, berwarna lebih terang dibandingkan dengan tenun Kalimantan Barat lainnya.Menurut Savitri, busana muslim yang simpel tapi tetap mengandung unsur etnik, sekarang ini paling dicari konsumen. Makanya, para desainer harus memikirkan kenyamanan bahan dan tidak ribet dalam pemakaian. "Cuaca di Indonesia panas, bentuk busana yang ribet dan bertumpuk biasanya banyak dihindari," katanya.Selain bahan, pemasangan aksesori juga memegang peran penting untuk menambah kesan etnik busana muslim. Karena itu, Najua banyak menggunakan bros ukiran tembaga atau kuningan dan aneka kalung atawa gelang etnik dalam rancangannya. "Paling tidak, saya selalu memasukkan 30% unsur etnik kontemporer dalam tiap rancangan busana," ujar dia.Pada 2011 nanti, Najua bakal memperkenalkan tren busana muslim baru. Ia memilih batik Jambi dan Pekalongan untuk koleksi rancangan busana muslim etnik kontemporernya tahun depan. Dengan pilihan kain tersebut, Najua bilang, tren busana muslimnya tahun depan akan lebih berani memainkan warna-warna cerah, seperti merah bata, merah cerah, fuschia, dan oranye. Namun, warna-warna itu hanya akan diaplikasikan untuk busana first line yang lebih eksklusif.Najua memang membagi busana muslim hasil rancangannya dalam beberapa kategori. Selain busana siap pakai, ada juga busana muslim eksklusif atau first line dan busana pengantin. Selama ini, kapasitas produksi busana muslim Najua sekitar 100 hingga 200 potong per bulan. Untuk desain baju muslim siap pakai, ia hanya membuat sekitar 20 potong baju untuk satu desain dengan harga antara Rp 225.000 sampai Rp 1,2 juta per potong. Untuk busana muslim eksklusif, Najua mematok harga mulai Rp 1 juta hingga Rp 2,5 juta. Ia hanya membuat tiga busana eksklusif untuk satu model. Sementara, untuk busana pengantin muslim harganya Rp 5 juta hingga Rp 20 juta.Najua memang enggan mengungkap nilai nominal pasti omzet usahanya saat ini. Namun, jika dihitung-hitung, omzetnya bisa mencapai Rp 100 juta bahkan lebih dalam sebulan.Adapun Savitri biasanya mengantongi omzet sekitar Rp 50 juta di bulan biasa. Harga baju muslim Savitri, mulai dari Rp 400.000 per potong berupa atasan hingga Rp 3,5 juta.Savitri masih menjual busana muslim hasil desainnya di Pontianak. Tapi, dalam waktu dekat, ia akan membuka satu workshop di Jakarta termasuk satu butik di Bali. "Saya sering ke Jakarta untuk mengikuti pelbagai peragaan busana muslim," katanya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News