Business Fitness Index 2024 Diluncurkan, Kesehatan Finansial UMKM Naik Jadi 48



MOMSMONEY.ID - PT Bank OCBC NISP Tbk bekerjasama dengan NielsenIQ (NIQ) Indonesia kembali meluncurkan OCBC Business Fitness Index (BFI). Riset ini bertujuan untuk memberikan insight mengenai perilaku finansial UMKM di Indonesia.

Mengacu hasil riset ini, skor kesehatan finansial Indonesia sebesar 48, naik 4,2 poin dari tahun sebelumnya yang sebesar 43,8. Meski begitu, kesehatan finansial UMKM Indonesia masih dalam status waspada.

Inggit Primadevi, Director Consumer Insights di NIQ Indonesia, menjelaskan, secara keseluruhan, terjadi kenaikan dari seluruh segmen atau pilar baik dari sisi manage (pengelolaan), plan (perencanaan bisnis), dan capital (kesiapan dan akses untuk pendanaan).


"Ini menarik karena kenaikan ini berarti indikator bahwa UMKM ini semakin naik level, dan ini sudah terlihat naik levelnya. Walaupun angka 48 dari skala 100 tentu kita belum puas, pastinya mau naik level terus," ujar Inggit dalam Business Fitness Index Press Conference 2024, Sabtu (19/8).

Tiga pilar utama yang dijadikan sebagai alat ukur business index ini adalah manage, plan, capital dengan dua elemen pendukung yakni entrepreneurial behavior dan entrepreneurial agility.

Pilar Manage berarti mampu mengelola kelangsungan bisnis yang sedang berjalan, dengan mengukur kemampuan memenuhi kewajiban finansial, menjaga kecukupan cadangan kas, serta menjaga pemahaman tentang sistem mananjemen finansial.

Dalam riset ini, pilar Manage mencatat skor rata-rata sebesar 61 di tahun 2024.  Angka ini naik 4,1 poin dibandingkan skor rata-rata 2023 yang sebesar 56,9. 

Baca Juga: LAZNAS Mandiri Amal Insani (MAI) Umumkan Capaian Tahun 2023

Lalu, pilar Plan mengukur kemampuan perencanaan untuk menghadapi risiko bisnis, menghadapi berbagai jenis arus kas dan memiliki asuransi yang sesuai dengan kebutuhan bisnis. Skor rata-rata pilar Plan tahun ini sebesar 33,2 naik 5,9 poin dari tahun 2023 yang sebesar 27,3.

Sementara pilar Capital mengukur kemampuan kepemilikan akses kredit usaha yang terjangkau, kepemilikan beban hutang yang keberlanjutan, dan kepemilikan akses modal usaha dalam bentuk investasi. Skor rata-rata pilar Capital sebesar 49,8, naik 2,6 poin dari tahun sebelumnya 47,2.

Riset ini mengungkapkan, sebagian besar UMKM di Indonesia patuh dengan kewajiban finansial mereka, terutama usaha skala kecil dan menengah. Makin banyak pula UMKM Indonesia yang memiliki cadangan kas bila membutuhkan pendanaan jangka pendek dan darurat.

Meski begitu, UMKM perlu meningkatkan cara mengelola keuangan dan bisnis mereka. Salah satunya dengan meninjau laporan laba rugi lebih rutin dan memisahkan keuangan bisnis dan pribadi.

Hingga kini  baru 46% UMKM sudah sepenuhnya memisahkan keuangan bisnis dan personal, sehingga dapat mempengaruhi arus kas dan juga keberlanjutan usahanya.

Lalu, kesadaran UMKM untuk menghadapi risiko bisnis dan kesiapan dana cadangan pun meningkat, terutama usaha kecil dan menengah. UMKM juga semakin siap untuk memenuhi keuangan bisnis, termasuk dana darurat, terutama bagi para pelaku usaha yang lebih besar.

Lebih lanjut, laporan ini menyebutkan, UMKM Indonesia semakin siap menerima modal usaha. Ini ditunjukkan dengan 84% UMKM memiliki dana cadangan dan siap untuk menerima pesanan besar.

Baca Juga: Dukung UMKM, BKI Beri Pelatihan Digital Marketing

Meski begitu, masih banyak UMKM yang belum mengetahui informasi dan cara mengajukan modal atau kredit usaha, terutama usaha mikro.

Bukan hanya itu, riset ini juga menujukkan, 54% UMKM sudah menggunakan produk digital perbankan sebagai alat bantu metode pembayaran. Meski begitu, masih jarang yang menggunakannya untuk operasional bisnis.

Sementara UMKM juga masih perlu meningkatkan pemanfaatan media sosial dan e-commerce. Mengingat, 46% UMKM yang sudah memiliki media sisal namun belum cukup aktif dan ada 83% UMKM yang belum memiliki akun di e-commerce/online platform berjualan.

Sari Kartika, SME Proposition Division Head OCBC, menjelaskan, kehadiran BFI untuk melihat seperti apa tolak ukur kesehatan bisnis UMKM dan apa saja elemen yang ada di dalamnya.

"Dengan BFI ini harapannya, para pebisnis UMKM ini jadi tahu tingkat kesehatan bisnisnya bagaimana. Jadi ketika berani naik level, apa yang harus di-improve dan elemen mana yang itemnya harus ditingkatkan," kata Sari.

Bukan hanya itu, melalui riset ini bisa dilihat juga apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi dan apa saja kesulitannya, sehingga mereka pun bisa menemukan solusi yang pas untuk membantu UMKM untuk naik kelas.

"Jadi, harapannnya OCBC di sini terus mendukung UMKM untuk berani naik level, terus tumbuh berkembang secara berkelanjutan," ungkap Sari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Lidya Yuniartha