KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan kebutuhan tambahan listrik ibu kota baru di Penajam Paser Utara-Kutai Kartanegara mencapai 1.196 Megawatt (MW). Dengan cadangan daya atau reserve margin sebesar 30%, maka ibu kota baru membutuhkan pembangkit listrik sekitar 1.555 MW. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengungkapkan, penyediaan listrik di Ibu Kota baru harus andal sehingga bisa bebas padam. "Zero down time, jadi perlu berlapis, minimal tiga layers sumber pasokan tenaga listrik," kata Rida dalam paparannya, saat konferensi pers kinerja kuartal III kelistrikan, Kamis (24/10) lalu. Baca Juga: Kemenperin kembangkan pusat inovasi digital untuk industri 4.0 Rida menyebut bahwa untuk menjaga keandalan pasokan listrik di Ibu Kota baru, tidak hanya mengandalkan pasokan dari sistem interkoneksi. Namun juga diperlukan tambahan pembangkit baru yang berlokasi dekat atau berada di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Rida menjelaskan, saat ini kebutuhan listrik di Provinsi Kaltim dipasok oleh Sistem Interkoneksi Kalimantan, yang merupakan interkoneksi antara Sub Sistem Barito di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah serta sub sistem Mahakam di Kaltim. Adapun, daya mampu sistem interkoneksi Kalimantan hanya mencapai 1.569,1 MW. Dengan beban puncak 1.094,9 MW dan cadangan sebesar 30% atau 474,2 MW. Berdasarkan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2019-2028, Rida menerangkan bahwa tambahan pembangkit di Kaltim sampai dengan tahun 2024 hanya sebesar 691 MW. Alhasil, masih diperlukan tambahan pembangkit baru sekitar 864 MW di wilayah tersebut. Baca Juga: Pengusaha listrik swasta berharap Menteri BUMN Erick Thohir segera tunjuk Dirut PLN "Perlu percepatan pengembangan infrastruktur Ketenagalistrikan yaitu pembangkit, transmisi dan distribusi tenaga listrik untuk mendukung keandalan sistem kelistrikan ibukota baru, sehingga RUPTL PLN 2019-2028 perlu penyesuaian," ungkap Rida. Rida juga memaparkan, Rasio Elektrifikasi (RE) di Provinsi Kaltim hingga Juli 2019 sudah mencapai 99,99%. Begitu juga dengan Kabupaten Penajam Paser Utara dan juga Kutai Kartanegara. Sementara itu, beban listrik di Kabupaten Penajaman Paser Utara baru mencapai 15,89 MVA yang dipasok dari 1 Gardu Induk (GI), yaitu GI Petung dengan kapasitas GI sebesar 90 MVA. Sedangkan beban listrik di Kabupaten Kutai Kartanegara baru mencapai 117,54 MVA yang dipasok dari 3 GI, yaitu GI Karang Joang, GI Manggarsari, dan GI Senipah dengan total kapasitas GI sebesar 290 MVA. Adapun, ada lima spesifikasi pengembangan kelistrikan ibukota baru. Yakni Zero down time (perlu minimal 3 layers sumber pasokan tenaga listrik), Circular configuration grid & smart grid (termasuk dilengkapi Energy Storage System - ESS), Jaringan tegangan tinggi, menengah, dan rendah menggunakan under ground cable, Pembangkit EBT untuk menggantikan dominasi PLTU dan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).
Butuh 1.555 MW, ini skema pemenuhan listrik di Ibukota baru
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan kebutuhan tambahan listrik ibu kota baru di Penajam Paser Utara-Kutai Kartanegara mencapai 1.196 Megawatt (MW). Dengan cadangan daya atau reserve margin sebesar 30%, maka ibu kota baru membutuhkan pembangkit listrik sekitar 1.555 MW. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengungkapkan, penyediaan listrik di Ibu Kota baru harus andal sehingga bisa bebas padam. "Zero down time, jadi perlu berlapis, minimal tiga layers sumber pasokan tenaga listrik," kata Rida dalam paparannya, saat konferensi pers kinerja kuartal III kelistrikan, Kamis (24/10) lalu. Baca Juga: Kemenperin kembangkan pusat inovasi digital untuk industri 4.0 Rida menyebut bahwa untuk menjaga keandalan pasokan listrik di Ibu Kota baru, tidak hanya mengandalkan pasokan dari sistem interkoneksi. Namun juga diperlukan tambahan pembangkit baru yang berlokasi dekat atau berada di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Rida menjelaskan, saat ini kebutuhan listrik di Provinsi Kaltim dipasok oleh Sistem Interkoneksi Kalimantan, yang merupakan interkoneksi antara Sub Sistem Barito di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah serta sub sistem Mahakam di Kaltim. Adapun, daya mampu sistem interkoneksi Kalimantan hanya mencapai 1.569,1 MW. Dengan beban puncak 1.094,9 MW dan cadangan sebesar 30% atau 474,2 MW. Berdasarkan Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2019-2028, Rida menerangkan bahwa tambahan pembangkit di Kaltim sampai dengan tahun 2024 hanya sebesar 691 MW. Alhasil, masih diperlukan tambahan pembangkit baru sekitar 864 MW di wilayah tersebut. Baca Juga: Pengusaha listrik swasta berharap Menteri BUMN Erick Thohir segera tunjuk Dirut PLN "Perlu percepatan pengembangan infrastruktur Ketenagalistrikan yaitu pembangkit, transmisi dan distribusi tenaga listrik untuk mendukung keandalan sistem kelistrikan ibukota baru, sehingga RUPTL PLN 2019-2028 perlu penyesuaian," ungkap Rida. Rida juga memaparkan, Rasio Elektrifikasi (RE) di Provinsi Kaltim hingga Juli 2019 sudah mencapai 99,99%. Begitu juga dengan Kabupaten Penajam Paser Utara dan juga Kutai Kartanegara. Sementara itu, beban listrik di Kabupaten Penajaman Paser Utara baru mencapai 15,89 MVA yang dipasok dari 1 Gardu Induk (GI), yaitu GI Petung dengan kapasitas GI sebesar 90 MVA. Sedangkan beban listrik di Kabupaten Kutai Kartanegara baru mencapai 117,54 MVA yang dipasok dari 3 GI, yaitu GI Karang Joang, GI Manggarsari, dan GI Senipah dengan total kapasitas GI sebesar 290 MVA. Adapun, ada lima spesifikasi pengembangan kelistrikan ibukota baru. Yakni Zero down time (perlu minimal 3 layers sumber pasokan tenaga listrik), Circular configuration grid & smart grid (termasuk dilengkapi Energy Storage System - ESS), Jaringan tegangan tinggi, menengah, dan rendah menggunakan under ground cable, Pembangkit EBT untuk menggantikan dominasi PLTU dan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).