JAKARTA. Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Marsekal Madya TNI Dede Rusamsi menegaskan, pihaknya tengah mengumpulkan data untuk mengungkap penyebab jatuhnya pesawat Fokker 27 milik TNI AU di komplek Rajawali, Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Setidaknya, TNI AU membutuhkan waktu tiga bulan untuk mengetahui penyebab terjadinya musibah tersebut. "Sampai sat ini penyebab masih dalam investigasi. Sejak tadi malam sudah mengumpulkan data yang diperkirakan tiga bulan kemudian baru diketahui," ujarnya usai melaksanakan upacara penghormatan terakhir sebelas jenazah di Skadron Udara II, Halim Perdanakusuma," Jumat (22/6). Dede melanjutkan, pesawat latih tersebut sebenarnya akan dipensiunkan. Sebagai gantinya, pihak TNI bekerjasama dengan Kementerian Pertahanan akan mendatangkan pesawat CN 295. Pesawat tersebut direncanakan datang secara bertahap.
"Kita akan dapat pesawat CN295. Rencananya tiba September, satu pesawat Desember, sementara sisanya tahun 2014," lanjutnya. Pesawat Fokker 27-500 milik TNI Angkatan Udara (TNI AU) yang jatuh pada Kamis (21/6), merupakan varian dari Fokker 27 yang dikembangkan oleh perusahaan pesawat terbang asal Belanda. Perusahaan tersebut didirikan oleh Anthony Fokker pada tahun 1912. Fokker 27 (F27) merupakan pesawat bermesin turboprop pengganti pesawat Douglas DC3. Prototipe pertama terbang pada 24 November 1955. Adapun produksi komersial pertama adalah F27-100, pada November 1958, untuk maskapai Aer Lingus. Pesawat ini merupakan pesawat turboprop yang paling laris di dunia, dengan hampir 800 juta unit dijual dari rentang tahun 1958 hingga 1986.