Butuh akses lebih untuk membuka wisata Kepulauan Seribu



KONTAN.CO.ID - Keindahan sebuah tempat mutlak untuk menjadi destinasi wisata andalan. Tapi meskipun indah, tak lantas akan mengundang wisatawan mengunjungi tempat wisata kalau ternyata aksesnya tidak mudah. Karena itulah kesiapan infrastruktur menjadi syarat utama sebuah wilayah untuk menjual potensi wisata di daerahnya. 

Hal ini berlaku untuk semua destinasi wisata, termasuk Kepulauan Seribu, di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Gugusan pulau utara Jakarta ini menawarkan pesona dan keindahan laut. 

Sebagai objek wisata bahari, saat ini akses transportasi satu-satunya menuju Kepulauan Seribu adalah kapal, baik kapal cepat (speedboat) maupun kapal tradisional. Alhasil, perlu infrastruktur pendukung yakni transportasi kapal secara reguler dan kapasitas dermaga memadai, baik dari pelabuhan asal di Jakarta dan pelabuhan di pulau tujuan. 


Kedua infrastruktur ini pekerjaan rumah yang terus dibenahi pemerintah daerah agar Kepulauan Seribu bisa memikat wisatawan lokal dan asing, mengingat pemerintah telah memberikan label Kepulauan Seribu sebagai 10 tujuan wisata prioritas atau 10 "Bali Baru".

Solihin, Kepala Pelabuhan Pulau Pramuka Kepulauan Seribu menceritakan, sejak menjadi 10 tujuan wisata prioritas Pulau Pramuka sebagai destinasi utama wisata pulau pemukiman sekaligus pusat pemerintahan Kabupaten Kepulauan Seribu mulai berbenah. Pertama, memperbanyak jumlah kapal yang bersandar ke pulau tersebut. 

Baca Juga: Sekitar 95% rumah di Pulau Pramuka gunakan instalasi pengolahan air limbah

Saat ini Dinas Perhubungan memiliki 12 kapal untuk pelayaran dari dan menuju Kepulauan Seribu. "Enam kapal pelayanan dan enam kapal feeder antar pulau pemukiman, tapi frekuensi perjalanan hanya satu kali sehari," ujar Solihin kepada KONTAN di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.

Kedua, memperluas kapasitas dermaga di tiap pulau sebagai etalase bagi para wisatawan yang datang. Alhasil, Pemda akan membenahi dermaga yang saat ini masih semrawut lantaran mayoritas dipenuhi kapal milik masyarakat. Kedepan, tempat parkir kapal tradisional masyarakat dengan lokasi bersandar kapal wisatawan dipisahkan. "Tahun depan proses revitalisasi kami mulai," katanya.

Baca Juga: Menggiatkan kembali produksi keripik sukun di Pulau Tidung

Selain transportasi dan pelabuhan Cucu Ahmad Kurnia, Kepala Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kepulauan Seribu menyebut pulau-pulau wisata di Kepulauan Seribu membutuhkan pasokan listrik. Maklum saat ini pengelola pulau resort seperti Pulau Putri dan Pulau Sepa memakai generator untuk penerangan. Hal ini yang membuat biaya operasional mereka mahal dan tak efisien. "Akhirnya biaya sewa resort mahal. Padahal pakai listrik PLN tarif resort bisa lebih terjangkau," ucapnya.

Baca Juga: Inilah pilihan pulau private di Kepulauan Seribu

I Gusti Bagus Subagya, GM Pulau Putri mengakui kondisi ini. Ia menyebut pengelola Pulau Putri saat ini rerata menghabiskan solar 400 liter sehari untuk listrik. Meski tak efisien, opsi ini lebih murah ketimbang berinvestasi membangun jaringan kabel listrik bawah laut. Biaya menarik kabel listrik dari pulau pemukiman terdekat cukup mahal," katanya.

Ini yang seharusnya jadi tugas pemerintah.           n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Syamsul Azhar