KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Demi menciptakan ekosistem baterai kendaraan listrik, Indonesia harus mengeluarkan investasi mencapai Rp 200 triliun. Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho mengungkapkan, Indonesia memiliki potensi untuk memproduksi sendiri
battery cell dengan mengandalkan sumberdaya bijih nikel yang dimiliki. Meski demikian, pekerjaan ini diakui tidak mudah dan butuh investasi yang cukup besar.
Dalam mewujudkan rencana besar ini, IBC telah menggandeng produsen baterai kendaraan listrik nomer satu dan tiga di dunia yakni Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL) dan LG Energy Solutions (LGES).
Baca Juga: Sempat Mandek, Proyek Baterai Kendaraan Listrik Antam-LG Energy Berlanjut "Angka investasi dari kedua proyek ini sesuai komitmen mereka yang sudah ditandatangani melalui
framework agreement Maret lalu berkisar hampir Rp 200 triliun," jelas Toto dalam RDP Panja Transisi Energi ke Listrik bersama Komisi VI DPR RI, Rabu (15/2). Toto mengungkapkan, setidaknya butuh hampir empat tahun sampai Indonesia bisa memproduksi
battery cell sendiri. Meski membutuhkan waktu dan biaya yang besar, Toto menegaskan adanya peningkatan nilai tambah yang signifikan jika ekosistem baterai kendaraan listrik terwujud. "Memang sangat strategis Indonesia karena nilai dari baterai materials itu hampir bisa 11 kali dari nikel dan bahkan sampai
battery precursor dan
battery cell bisa hampir 40 kali lipat dari segi nilainya sendiri," tegas Toto.
Baca Juga: MIND ID: Antam Akan Lanjutkan Negosiasi Pabrik Baterai EV dengan LG Energy Solution Merujuk paparan IBC, total investasi yang dibutuhkan sejatinya mencapai Rp 217 triliun. Tidak hanya untuk ekosistem baterai kendaraan listrik namun juga untuk proyek
recycling dan
Energy Storage System (ESS) Secara khusus, untuk investasi baterai kendaraan listrik terdiri dari investasi untuk pertambangan sebesar Rp 4,6 triliun, investasi untuk proyek
smelting dan
refining sebesar Rp 94,25 triliun, investasi untuk produksi
battery precursor dan katoda sebesar Rp 34,8 triliun serta investasi untuk
battery cell sebesar Rp 59,45 triliun. Selain itu masih terdapat investasi untuk recycling sebesar Rp 0,4 triliun dan investasi Energy Storage System sebesar Rp 0,6 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .