DENPASAR. PT Pertamina (Persero) berencana melepas salah satu anak usahanya ke bursa saham. Ini dilakukan sebagai salah satu cara perseroan memperoleh dana segar guna melunasi utang jatuh temponya. Ketika dikonfirmasi, Dwi Sutjipto, Direktur Utama Pertamina masih enggan merinci terkait detail atas rencana ini. Ia hanya berujar, anak usaha Pertamina yang akan melakukan initial public offering (IPO) adalah anak usaha yang bergerak di luar core bisnis perseroan. "Di luar core bisnis kami, masih kami lakukan kajian, bisa jadi Tugu Pratama," ujar Dwi di sela kegiatan Forum Sharing Teknologi Hulu, Senin (30/3).
Catatan saja, Tugu Pratama Indonesia (TPI) merupakan anak usaha Pertamina yang memfokuskan dirinya pada asuransi kapal. Perusahaan asuransi kerugian ini tidak cuma menekuni aktivitas asuransi kerangka kapal dan kargo, tetapi juga menjadi satu-satunya perusahaan asuransi di Indonesia yang memiliki produk asuransi Protection and Indemnity (P&I). Asuransi P&I merupakan perlindungan komprehensif bagi kapal, yang mencakup antara lain tanggungjawab terhadap pihak ketiga, dimana perlindungan ini tidak diberikan oleh marine insurance. P&I juga menjamin tanggungjawab terhadap penyingkiran kerangka kapal dan polusi lingkungan. TPI juga sudah menawarkan P&I lewat produk asuransi bertajuk Marine P&I. Produk ini sendiri baru meluncur tahun 2013 silam dan berhasil membukukan premi sebesar US$ 800.000 sampai akhir tahun lalu. Prospek atas produk ini ke depan sepertinya bakal menarik. Sebab, saat ini ada kewajiban asuransi penyingkiran kerangka kapal, perlindungan, dan ganti rugi bagi pemilik kapal sepertinya menjadi angin segar bagi pelaku usaha asuransi, terutama bagi mereka yang sudah merintis lini bisnis asuransi kapal ini. Dikonfirmasi lebih lanjut, manajemen masih enggan merinci target perolehan dana dan waktu eksekusi IPO -nya. Yang pasti, cara ini merupakan salah satu cara Pertamina mencari sumber pendanaan untuk mengurangi tingkat utang yang kabarnya mencapai Rp 200 triliun dan sebagiannya akan jatuh tempo mulai 2020 nanti.
Restrukturisasi anak usaha dan IPO menjadi agenda mantan petinggi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk tersebut. "Ada banyak anak usaha kami, mereka jangan jadi kerajaan sendiri-sendiri tapi harus bersinergi," kata Dwi. Selain memoles anak usaha, program efisiensi internal juga perlu dilakukan. Saat ini manajemen tengah menggenjot efisiensi baik dari sisi operasional hingga struktur keuangan, seperti menghilangkan praktik transaksi fiktif. Pertamina juga akan memaksimalkan aset-aset non-produktif. Dwi bilang, Pertamina punya aset berupa lahan. Jika ditotal luasnya mencapai jutaan meter persegi. Dengan aset seluas itu, bukan tidak mungkin akan menjadi sangat menguntungkan jika dijadikan aset yang lebih produktif. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Hendra Gunawan