Butuh Upaya Ekstra Pertumbuhan Ekonomi di Atas 5,5%



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia tembus 6% pada tahun 2028, atau lebih tepatnya berada di kisaran 5,3% hingga 6,1%.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menyiratkan, butuh upaya yang sangat ekstra untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6%. Bahkan, untuk tembus di atas 5,5% pun.  

“Pertumbuhan ekonomi di atas 5% mungkin. Tapi, kalau untuk tembus di atas 5,5%, butuh effort yang luar biasa besar,” terang Andry kepada Kontan.co.id, Kamis (30/11).


Upaya ekstra tersebut, salah satunya, adalah dengan mendorong pertumbuhan industri manufaktur atau industri pengolahan.

Industri manufaktur memang selama ini memberi kontribusi terbesar kepada produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Baca Juga: Suku Bunga Diprediksi Turun, Bagaimana Prospek Obligasi Korporasi di 2024?

Data terkini Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pertumbuhan industri manufaktur memberi kontribusi sekitar 18,75% PDB pada kuartal III-2023.

Meski demikian, Andry menilai, kontribusi industri manufaktur ke PDB tersebut masih rendah dan perlu untuk digenjot.

“Terutama, dengan mendorong sektor-sektor yang memiliki dampak rambatan (multiplier) ke perekonomian besar,” tambah Andry.

Upaya lain dalam menggapai asa pertumbuhan tembus 6%, adalah dengan konsistensi reformasi struktural. Ini pun seperti yang disampaikan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo.

Dengan reformasi struktural, harapannya Indonesia makin kompetitif bila dibandingkan dengan negara-negara lain, untuk menggaet para investor asing.

Lebih lanjut, Andry pun mengingatkan ada sejumlah tantangan yang akan dihadapi Indonesia dalam menggapai asa.

Baca Juga: Begini Jurus BI untuk Mendorong Transaksi Digital Banking pada Tahun Depan

Tantangan tersebut datang dari gejolak geopolitik dan pandemi, ketahanan pangan dan energi, terutama energi baru terbarukan (EBT).

Juga akses teknologi yang masih belum merata, juga kualitas sumber daya manusia (SDM) yang masih rendah.

Kualitas SDM ini bahkan bukan menjadi pekerjaan rumah pemerintah dalam jangka pendek dan jangka menengah saja, tetapi hingga jangka panjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari