JAKARTA. Tahun ini PT Jasa Marga Tbk (
JSMR) menargetkan pendapatan di luar sektor konstruksi sebesar Rp 8 triliun. Target tersebut naik 10% dari realisasi tahun lalu yang sebesar Rp 7,2 triliun. Para analis menilai target tersebut dapat tercapai lantaran perseroan di tahun ini dikelilingi katalis positif. Analis Buana Capital Michael Ramba mengatakan, katalis positif itu antara lain dari
JSMR yang rajin menambah ruas tol dan dari kenaikan tarif tol. Ia mencatat, di tahun ini perusahaan pelat merah itu berencana mengoperasikan setidaknya tiga ruas tol yakni Gempol-Pasuruan, Surabaya-Mojokerto dan Gempol Pandaan. Namun ketiganya masih belum bisa dirasakan secara maksimal terhadap kinerja perusahaan. Pasalnya, masih ada ruas tol yang diperkirakan beroperasi di akhir tahun. Sebut saja, pada ruas Surabaya-Mojokerto bagian dua dan tiga yang diprediksi beroperasi pada kuartal IV-2015, sementara untuk bagian satu diprediksi beroperasi pada kuartal II-2015.
Sedangkan untuk ruas Gempol-Pasuruan dan Gempol-Pandaan diperkirakan akan beroperasi pada kuartal I-2015. Adapun keduanya masing-masing memiliki total panjang jalan 13,9 km dan 13,6 km. "Kami memperirakan akan dirasakan maksimal pada awal tahun depan," jelasnya kepada KONTAN, Selasa (24/2). Joko Sogie, Analis Danareksa Sekuritas mengatakan hal yang serupa. Dalam risetnya pada 16 Februari 2015 memprediksi dengan tambahan tiga ruas itu di tahun ini hanya akan berkontribusi 1,9% dari volume lalu lintas dan 1,5% dari pendapatan tol. Dengan demikian, Joko memperkirakan di tahun ini rata-rata lalu lintas perseroan hanya akan meningkat 4,9% menjadi 3,76 juta kendaraan dalam sehari di 2015 dari 3,58 juta kendaraan per hari di tahun lalu. Meski begitu, ia masih memperkirakan di tahun ini target pertumbuhan 10% pada pendapatan sektor tol masih bisa tercapai. Selain dari penambahan ruas tol,
JSMR juga akan merasakan dampak positif dari kenaikan tarif tol. Michael mencatat, di tahun ini perseroan akan menaikkan tarif hampir disemua ruas tol selain ruas jalur lingkar luar, Semarang-Solo, Jakarta-Cikampek dan tol Prof. Dr. Sedyatmo. Hal itu dikarenakan di tahun lalu perseroan telah menaikan tarif dikeempat ruas tol tersebut. Sekedar informasi, kenaikan tarif tol telah diatur dalam Undang-Undang jika kenaikannya akan terjadi dalam dua tahun sekali, nilainya pun seiring dengan tingkat inflasi nasional. "Dari perseroan menargetkan kenaikan tarif sebesar 10-15%, namun kami memproyeksikan kenaikannya akan berkisar 13% di 2015 dan 12% di 2016," jelasnya. Dengan demikian, Michael optimistis pendapatan pada sektor tol
JSMR akan terangkat dan dapat mencapai target. Apalagi, saat ini pendapatan pada tol masih menjadi penopang perseroan. Sepanjang tahun lalu, ia mencatat pendapatan tol menyumbang 72% dan sisanya disumbang dari pendapatan konstruksi dan pendapatan usaha lainnya. Menurut Michael, sektor konstruksi
JSMR memiliki margin yang rendah dibandingkan sektor tol dalam lima tahun terakhir. Sehingga membuat pendapatan di sektor tersebut menurun 103%
year on year (yoy) di 2014 menjadi Rp 1,94 triliun. Namun untungnya penurunan itu dibarengi dengan kenaikan pendapatan pada sektor tol sehingga masih memberikan dampak positif untuk JSMR dalam meningkatkan marjin bersihnya. Kemudian, beban bunga
JSMR mengalami kenaikan 28% di tahun lalu menjadi Rp 1,2 triliun. "Jumlah tersebut lebih tinggi dari harapan kami," paparnya. Hal itu pun dikarenakan perseroan menerbitkan obligasi dan melakukan hutang bank dengan nilainya masing-masing Rp 1 triliun. Analis Indo Premier Securities, Chandra Pasaribu mengatakan dalam risetnya pada 6 Februari 2015, tahun ini dana tambahan diambil untuk membiayai pembangunan 4-5 ruas tol baru yang terletak di sekitar Surabaya. Chandra memandang kenaikan beban bunga itu dinilai wajar terjadi. Pasalnya, hal itu merupakan kensekuensi dari aksi investasi baru. Meski begitu, Michael bilang saat ini debt equity ratio (der) masih dinilai wajar yakni, 1,07 kali. Jadi, masih ada ruang untuk segi pendanaan kedepannya. Bahkan ia memperkirakan di tahun ini der
JSMR diperkirakan akan turun.
Joko menambahkan di tahun ini dana belanja modal atau capital expendecture (capex) JSMR akan menurun dibandingkan tahun lalu. Hal itu dikarenakan sebagaian besar jalan tol masih dalam tahap pembebasan lahan. Michael juga tak terlalu khawatir dengan pembebasan lahan yang dapat mengganggu jalannya proyek ekspansi perusahaan. "Karena
JSMR merupakan perusahaan negara, jadi pemerintah bisa ikut serta dalam mengatur pembebasan lahan," tukas Michael. Chandra mengira di tahun ini pendapatan
JSMR akan naik menjadi Rp 8,58 triliun dengan laba bersih Rp 1,77 triliun. Sedangkan Joko memproyeksikan di tahun ini
JSMR akan mengantongi pendapatan Rp 7,32 triliun dan laba bersih Rp 1,87 triliun. Ketiga analis ini pun merekomendasikan
buy untuk saham
JSMR. Michael menargetkan harga di Rp 7.900, Joko di Rp 8.200, dan Chandra di Rp 7.000. Selasa (24/2) harga saham
JSMR stagnan di level Rp 7.050 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Uji Agung Santosa