KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (
BBRI) tengah dalam proses pembelian kembali (
buyback) saham yang total nilai maksimal mencapai Rp 3 triliun. Seperti diketahui, pada 1 Maret 2022 melalui Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), BRI telah mendapatkan persetujuan pemegang saham untuk melaksanakan
buyback saham BBRI, dan prosesnya dilaksanakan dalam kurun waktu 18 bulan sejak disetujuinya dalam RUPS, atau pada rentang waktu 1 Maret 2022 - 31 Agustus 2023. Sesuai dengan Keterbukaan Informasi yang telah disampaikan, saham hasil
buyback akan digunakan untuk program kepemilikan saham bagi Insan BRILian.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan pihaknya telah mempertimbangkan kondisi likuiditas perusahaan pada saat mengusulkan rencana
buyback dalam RUPST tahun ini sehingga aksi korporasi tersebut tidak akan mengganggu keuangan perseroan. “Di sisi lain
buyback BBRI diproyeksikan akan meningkatkan motivasi dan kinerja Insan BRILian sehingga dapat lebih optimal terhadap pencapaian target sehingga dapat berujung pada peningkatan kinerja perseroan”, katanya dalam keterangan resminya, Senin (29/8).
Baca Juga: BRI Targetkan Nasabah Wealth Management Naik 15% di Tahun 2022 Sementara itu, Direktur Keuangan BRI Viviana Dyah Ayu mengatakan ada beberapa hal yang dicermati terkait aksi korporasi ini. Selain kebutuhan untuk
treasury stock yang pada akhirnya akan dipergunakan untuk insentif kinerja jangka panjang kepada pekerja yang
high performer, BRI melihat bahwa harga saham BRI masih
undervalued, terlebih apabila dibandingkan dengan pencapaian kinerja perusahaan. Hal ini membuat perseroan terus melakukan
buyback saham. Terpisah, Analis Senior CSA Research Institute yang juga Sekretaris Jenderal Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada angkat bicara perihal
buyback BBRI tersebut. Menurutnya, aksi korporasi tersebut menggambarkan manajemen BRI yang memiliki optimisme terhadap pemulihan ekonomi di Tanah Air dan proyeksi kinerja BRI di masa datang. Reza pun menilai
buyback BBRI dapat menjadi penopang pertumbuhan perseroan ke depan karena pekerja biasanya akan lebih termotivasi apabila memiliki saham Perseroan. “Ibaratnya, kondisi masih pandemi saja, mereka (BRI) bisa meningkat kinerjanya. Bagaimana kalau tidak pandemi, harusnya (kinerja BRI) bisa lebih tinggi lagi. Apalagi kalau kita percaya bahwa pemulihan ekonomi ini terus terjadi, dan orang-orang Indonesia semangat dan gigih dalam bekerja, tentunya menjadi penopang pertumbuhan buat BBRI,” ujarnya optimistis.
Hal itu bercermin pada kinerja BRI hingga semester I/2022. Di mana BRI secara konsolidasian mencatatkan laba bersih Rp 24,88 triliun atau tumbuh 98,38% secara tahunan.
Adapun total aset meningkat 6,37% yoy menjadi Rp 1.652,84 triliun. Dari sisi pembiayaan, secara konsolidasian penyaluran kredit mencapai Rp 1.104,79 triliun atau tumbuh 8,75% yoy. Bahkan portofolio kredit UMKM BRI, sebagai bisnis inti perseroan tumbuh 9,81% dari Rp 837,82 triliun pada akhir Juni 2021, menjadi Rp 920 triliun pada akhir Juni 2022. Hal ini menjadikan proporsi kredit UMKM menjadi sebesar 83,27% dari total portofolio penyaluran pembiayaan perseroan. Pencapaian tersebut diiringi pula dengan manajemen risiko yang baik dengan rasio kredit bermasalah atau NPL secara konsolidasian terjaga di level 3,26%. Manajemen BRI pun menyiapkan pencadangan sebagai langkah antisipatif atas potensi pemburukan kredit dengan NPL coverage sebesar 266,26%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari