JAKARTA. PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) segera mengantungi pendanaan eksternal. Rencananya, BWPT akan mendapatkan pinjaman senilai Rp 2,5 triliun. "Dananya akan digunakan untuk menurunkan utang dan sebagai capital expenditure (capex)," sebut Rudy Suhendra, Sekretaris Perusahaan BWPT, Kamis, (25/6). Pinjaman tersebut akan memiliki tenor 5 tahun. Namun ia belum mau mengungkapkan berapa bunga dan bank pemberi fasilitas. Rudy bilang, BWPT tengah dalam tahap akhir perjanjian. Ia menargetkan, penandatanganan perjanjian pinjaman bisa dilakukan sekitar pekan depan. BWPT tercatat memiliki utang jatuh tempo tahun ini sebesar Rp 1,81 triliun. Rinciannya, pinjaman jangka pendek yakni Rp 337,11 miliar. Lalu pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo setahun senilai Rp 773,28 miliar. Kemudian, ada pula obligasi Rp 703,63 miliar yang jatuh tempo November mendatang. Lebih lanjut, BWPT menganggarkan belanja modal Rp 800 miliar. Dana tersebut digunakan untuk pembangunan 2 pabrik yang berkapasitas masing-masing 45 ton per jam. Lalu BWPT juga akan melakukan penanaman 5.000-10.000 hektare lahan baru dan merawat tanaman belum menghasilkan. Rudy menyebut bahwa selain dari pinjaman, BWPT mengandalkan dana hasil operasional sebagai sumber capex. Dus, capex tersebut terpangkas 38,46% dari rencana awal Rp 1,3 triliun. Pada rencana awal, BWPT berencana membangun 4 pabrik di tahun ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
BWPT dapat utang Rp 2,5 triliun untuk refinancing
JAKARTA. PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) segera mengantungi pendanaan eksternal. Rencananya, BWPT akan mendapatkan pinjaman senilai Rp 2,5 triliun. "Dananya akan digunakan untuk menurunkan utang dan sebagai capital expenditure (capex)," sebut Rudy Suhendra, Sekretaris Perusahaan BWPT, Kamis, (25/6). Pinjaman tersebut akan memiliki tenor 5 tahun. Namun ia belum mau mengungkapkan berapa bunga dan bank pemberi fasilitas. Rudy bilang, BWPT tengah dalam tahap akhir perjanjian. Ia menargetkan, penandatanganan perjanjian pinjaman bisa dilakukan sekitar pekan depan. BWPT tercatat memiliki utang jatuh tempo tahun ini sebesar Rp 1,81 triliun. Rinciannya, pinjaman jangka pendek yakni Rp 337,11 miliar. Lalu pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo setahun senilai Rp 773,28 miliar. Kemudian, ada pula obligasi Rp 703,63 miliar yang jatuh tempo November mendatang. Lebih lanjut, BWPT menganggarkan belanja modal Rp 800 miliar. Dana tersebut digunakan untuk pembangunan 2 pabrik yang berkapasitas masing-masing 45 ton per jam. Lalu BWPT juga akan melakukan penanaman 5.000-10.000 hektare lahan baru dan merawat tanaman belum menghasilkan. Rudy menyebut bahwa selain dari pinjaman, BWPT mengandalkan dana hasil operasional sebagai sumber capex. Dus, capex tersebut terpangkas 38,46% dari rencana awal Rp 1,3 triliun. Pada rencana awal, BWPT berencana membangun 4 pabrik di tahun ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News