BWPT menanam pabrik baru



JAKARTA. PT BW Plantation Tbk (BWPT) berencana membangun pabrik baru di kawasan Kalimantan Timur. Pabrik tersebut memiliki kapasitas 60 ton per jam, diestimasikan akan menelan investasi hingga Rp 120 miliar. Kelik Irwantoro, Corporate Secretary BWPT berucap, lokasi pabrik tak jauh dari kebun yang sudah existing.  Dananya akan diambil dari capex. "Karena tahun ini kami alokasikan capex sebesar Rp 1 triliun" ujarnya kepada KONTAN. Capex, lanjut Kelik, berasal dari kas internal dan pinjaman perbankan. Selain bangun pabrik, emiten berticker BWPT ini berencana mengakuisisi kebun greenfield di Kalimantan Timur, diharapkan proses due diligence selesai semester I-2013. Akuisisi ini sebagai langkah perusahaan ini untuk memperkuat bisnis. Sehingga mulai sekarang BWPT terus menabung untuk penambahan land bank. Capex itu juga akan digunakan untuk melakukan penanaman baru, minimal seluas 4.000 hektare dengan menyiapkan dana Rp 80 juta per hektare pada tahun ini. Berarti untuk menanam BWPT akan menelan capex hingga Rp 320 miliar.

Padahal tahun lalu BWPT berhasil melakukan penanaman baru seluas 4.600 hektare dengan biaya Rp 60 juta per hektare dan ada tambahan planted dari akuisisi bulan Maret tahun lalu seluas 2.053 hektare, maka total planted areal 6.689 hektare. "Naiknya biaya penanaman, karena terkait kenaikan upah, dan bibit," bebernya.

Untuk itu, perusahaan penghasil crude palm oil (CPO) ini membidik kenaikan produksi minimal 25% dibandingkan realisasi tahun lalu. Produksi inti tandan buah segar (TBS) menjadi 529.423 ton pada 2012 setara naik sekitar 20% dibandingkan produksi TBS tahun 2011 dari 458.217 ton.


Sedangkan secara total termasuk plasma menjadi 552.872 ton naik sekitar 21% dibandingkan tahun 2011 sebanyak 458.217 ton. "Peningkatan itu karena adanya penambahan areal menghasilkan, sebelumnya 19.000 hektare menjadi 27.000 hektare," kata Kelik. Selain itu ditopang dari usia sawit yang mature semakin bagus. Secara rata-rata usia tanaman mature semakin muda, sebelumnya 8 tahun saat ini hanya 7 tahun. Meski harga CPO masih merosot, BWPT optimis demand setiap tahunnya mengalami pertumbuhan. Sehingga tidak takut untuk terus mengepakkan sayap bisnis CPO. Untuk meminimalisir kerugian, tutur Kelik, BWPT akan menggenjot biaya-biaya seefektif mungkin, yakni program mekanisme lebih banyak menggunakan mesin untuk transportasi buah. Selain itu, untuk mengusir hama tikus, tidak menggunakan racun tikus melainkan menggunakan burung hantu. Hal itu dinilai sangat efektif menekan biaya-biaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: