BWPT Optimis Kembali Cetak Rekor Pendapatan Tertinggi pada Tahun Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten perkebunan PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) tahun ini fokus mengalokasikan capital expenditure (capex) untuk pembangunan pabrik di Kalimantan Timur dan peremajaan alat berat.

Henderi Chief Executive Office (CEO) BWPT menuturkan langkah ini dilakukan untuk menunjang pertumbuhan produksi tandan buah segar dari perkebunan BWPT. Namun sayangnya, BWPT enggan membeberkan besaran dana capex yang dialokasikan tahun ini.

"Untuk totalnya kita tidak bisa share. Namun untuk capex pabrik seperti yang pernah kita publikasikan sebelumnya, pembangunan pabrik kita menyiapkan dana Rp 200 miliar," ujarnya kepada Kontan, Minggu (12/2).


Baca Juga: Ini Kata Eagle High Plantations (BWPT) Terkait B35 ke BBM

Lebih lanjut Henderi mengatakan BWPT optimis bahwa kinerja pendapatan bertumbuh double digit tahun ini. BWPT percaya bisa kembali mencetak rekor pendapatan tertinggi tahun ini.

Dia mengatakan pihaknya juga akan selalu mendukung program pemerintah termasuk B35. Di sisi lain, target pendapatan ini akan didukung oleh umur perkebunan yang prima dan praktek agronomi yang baik. Henderi menilai bahwa penurunan permintaan ekspor dapat digantikan oleh peningkatan B30 ke B35 dalam negeri.

"BWPT optimis produksi akan tumbuh double digit tahun ini," sambungnya.

Sebagai informasi, BWPT membukukan pendapatan senilai Rp 3,43 triliun sepanjang 9 bulan tahun 2022. Angka tersebut melonjak 61,03% dari sembilan bulan pertama tahun 2021 yang sebesar Rp 2,13 triliun.

Secara rinci, penjualan minyak kelapa sawit mencatatkan kenaikan dari Rp 1,85 triliun menjadi Rp 2,97 triliun pada kuartal III 2022. Selanjutnya, penjualan inti kernel dan tandan buah segar masing-masing menyumbangkan Rp 367,74 miliar dan Rp 94,66 miliar.

Rugi sebelum pajak perusahaan turun drastis dari Rp 1,75 triliun menjadi Rp 190,22 miliar pada kuartal III 2022. Dengan pencapaian itu maka BWPT mampu menekan rugi bersih perusahaan menjadi Rp 14,04 miliar dari Rp 1,73 triliun pada kuartal III 2021.

Produksi CPO September 2022 juga tercatat sebesar 241,987 metric ton (mt), meningkat dibandingkan September 2021 sebesar 176,941 mt. Pencapaian produksi BWPT ini sejalan dengan target yang ditetapkan untuk tahun ini, forecast 2022 sebanyak 337,192 mt, dibandingkan dengan actual 2021 sebanyak 231,754 mt.

Henderi juga menanggapi imbas permintaan CPO yang menurun dari luar negeri. Ia berkata, penjualan CPO BWPT secara 100% dilakukan kepada pembeli domestik sehingga pihaknya tidak terkena dampak berarti.

 
BWPT Chart by TradingView

"Produksi dan distribusi CPO sesuai target dan perjanjian yang sudah ada sehingga pembatasan ekspor ini tidak berdampak negatif terhadap BWPT," sambungnya.

Asal tahu saja, Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) mengatakan saat ini ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) minim lantaran permintaan dari luar negeri turun, sehingga stok menumpuk. Pasokan CPO yang menumpuk itu sebanyak 6,17 juta ton dari seluruh Indonesia. CPO tersebut merupakan pasokan yang siap ekspor dari November 2022 sampai Januari 2023.

"Menurut kami, eksportir terbesar adalah India dan Cina, India sudah mengimpor CPO sebelum Diwali sampai dengan Oktober 2022. Sementara itu, Cina sempat libur Panjang setelah imlek pada Januari 2023," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .