KONTAN.CO.ID -BANTEN. Cabot Corporation, berencana terus memperkuat kehadirannya di Indonesia. Melalui anak perusahaannya di Indonesia, Cabot Indonesia, perusahaan Perusahaan bahan kimia khusus yang berkantor pusat di Amerika Serikat tersebut berencana akan melakukan investasi dengan nilai lebih dari US$ 100 juta hingga dalam beberapa tahun ke depan yang akan dilakukan secara bertahap. Pada tahap pertama, Cabot Indonesia akan menambah kapasitas produksi carbon black sebesar 80.000 metrik ton per tahun di fasilitas produksi eksisting mereka yang berlokasi di Cilegon. Sementara itu, kapasitas eksisting Cabit Indonesia saat ini adalah sebesar 90.000 metrik ton per tahun. Adapun prosesi peletakan batu atawa
groundbreaking dilakukan pada Kamis (21/11) di Cilegon.
Baca Juga: Harga emas cenderung flat menghadapi potensi kenaikan suku bunga AS Targetnya, konstruksi pembangunan proyek akan sudan bisa selesai di tahun 2021. Sayangnya, pihak Cabot Corp masih enggan merinci besaran investasi yang dikeluarkan dalam tahap pertama ekspansi tersebut. "Kami belum bisa beberkan besaran angka spesifik yang kami keluarkan untuk penambahan kapasitas produksi sebesar 80.000 metrik ton per tahun ini," ujar President Reinforcement Material PT. Cabot Indonesia, Bart Kalkstein dalam konferensi pers usai acara ground breaking Kamis (21/11). Cabot Corporation telah memulai bisnisnya di Indonesia sejak tahun 1988. Menurut keterangan Presiden Direktur PT. Cabot Indonesia, Dixy Olyviardy, saat ini sekitar 75% penjualan Cabot Indonesia berasal dari penjualan domestik. Sementara itu, sekitar 25% sisanya berasal dari penjualan ekspor di sejumlah negara seperti misalnya Malaysia, Thailand, serta negara-negara lain di luar regional ASEAN.
Baca Juga: Pemerintah terapkan post border untuk mendongkrak daya saing industri nasional Hadir di acara groundbreaking, Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita menyambut baik rencana ekspansi Cabot Corporation di Indonesia. Pasalnya, saat ini pemerintah tengah berupaya untuk menekan defisit neraca perdagangan. Agus menyebutkan pada tahun 2018 saja misalnya, nilai impor industri kimia mencapai US$ 22,54 miliar. Sementara itu, nilai ekspor industri kimia di periode yang sama hanya mencapai US$ 8,79 miliar saja. Padahal industri olahan nonmigas memiliki kontribusi yang cukup besar dalam produk domestik bruto (PDB). Pada triwulan II 2019 misalnya, industri pengolahan nonmigas tercatat berkontribusi sebesar 17,36% atau setara dengan Rp 509,38 triliun, menjadikan industri olahan non-migas sebagai penyumbang terbesar PDB pada periode tersebut. Sementara itu, industri kimia sendiri tercatat menyumbang sekitar Rp 63,88 triliun. Dalam hal ini, gempuran impor juga terjadi pada carbon black. Menurut keterangan Agus, kebutuhan carbon black dalam negeri tercatat sekitar 230.000 ton per tahun.
Baca Juga: Menperin: Jaminan bahan baku industri tingkatkan ekspansi dan investasi Sebagian besar dari aplikasi produk tersebut digunakan sebagai salah satu bahan baku ban dan karet. Namun demikian, sebanyak 70% dari kebutuhan tersebut masih dipenuhi oleh impor carbon black dari Cina, India, dan lain-lain. Oleh karenanya, Agus berharap penambahan kapasitas produksi carbon black oleh Cabot Indonesia mampu mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap pasokan carbon black impor. "Maka dengan ekspansi Cabot kita harapkan substitusi impor bisa menekan defisit," ujar Agus dalam acara groundbreaking (21/11). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini