KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) sepanjang 2018 tercatat US$ 31,1 miliar atau 2,98% dari PDB. Angka ini membengkak bila dibanding tahun sebelumnya yaitu defisit US$ 16,1 miliar atau 1,7% dari PDB. Secara rinci, defisit masih terjadi pada neraca migas yang tercatat defisit US$ 11,58 miliar terutama disebabkan oleh defisit minyak yang terus meningkat hingga dilevel US$ 18,4 miliar. "Impor bahan bakar masih akan tinggi selama kilang belum selesai," jelas ekonom BCA David Sumual, Jumat (8/2). Menyoroti hal tersebut, David menyarankan pemerintah untuk fokus pada kebijakan renewable energy alias energi terbarukan seperti panas bumi. Sebab, minyak diketahui sebagai sumber energi tidak terbarukan. Maka saat persediaan tidak mencukupi, mau tidak mau untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, negara harus impor.
CAD melebar, pemerintah perlu dorong sektor energi terbarukan untuk tekan impor migas
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) sepanjang 2018 tercatat US$ 31,1 miliar atau 2,98% dari PDB. Angka ini membengkak bila dibanding tahun sebelumnya yaitu defisit US$ 16,1 miliar atau 1,7% dari PDB. Secara rinci, defisit masih terjadi pada neraca migas yang tercatat defisit US$ 11,58 miliar terutama disebabkan oleh defisit minyak yang terus meningkat hingga dilevel US$ 18,4 miliar. "Impor bahan bakar masih akan tinggi selama kilang belum selesai," jelas ekonom BCA David Sumual, Jumat (8/2). Menyoroti hal tersebut, David menyarankan pemerintah untuk fokus pada kebijakan renewable energy alias energi terbarukan seperti panas bumi. Sebab, minyak diketahui sebagai sumber energi tidak terbarukan. Maka saat persediaan tidak mencukupi, mau tidak mau untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, negara harus impor.