Cadangan devisa Indonesia bisa tembus US$ 100 M



JAKARTA. Di tengah tekanan defisit transaksi berjalan dan inflasi, Indonesia masih diminati investor asing. Hal ini terlihat dari adanya kelebihan permintaan pada penerbitan surat utang global atau global bond pemerintah. 

Surat utang jangka panjang pemerintah ini mengalami kelebihan permintaan atau over subscribed hingga empat kali lipat. Jumlah permintaan atas surat utang berdenominasi valuta asing bertenor 10 tahun dan 30 tahun yang diterbitkan pemerintah (7/1) mencapai US$ 17 miliar. Padahal, penawaran awal hanya sebesar US$ 4 miliar. 

"Bid to auction ratio sekitar US$ 17 miliar menunjukkan minat investor masih besar untuk investasi di Indonesia," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Gedung BI, Jakarta, Jumat (10/1).


Perry mengungkapkan, mayoritas pembeli surat berharga negara ini merupakan investor dari negara maju. Kelebihan permintaan atas penerbitan surat utang pemerintah ini menunjukkan adanya optimisme investor di massa yang akan datang. 

Padahal, kondisi ekonomi baik internal maupun eksternal masih tidak stabil. Di dalam negeri, ekonomi nasional menghadapi tekanan defisit transaksi berjalan yang mencapai US$ 30 miliar sepanjang tahun 2013.

Sementara dari luar negeri, tekanan bersumber dari implementasi kebijakan pengurangan stimulus ekonomi Amerika Serikat oleh bank sentral The Federal Reserve. Kebijakan tersebut semakin mengetatkan likuiditas valuta asing di pasar keuangan dunia.

"Hal ini (oversubscribed) menunjukkan optimisme investor ke depan. Indonesia masih menjadi negara memberikan prospek kepada mereka," jelas Perry. 

Perry bilang, aliran investasi asing kembali deras sejak kuartal IV-2013. Dana asing mengalir pada investasi langsung atau foreign direct invesment. Hal ini membuat neraca pembayaran Indonesia (NPI) mengalami surplus yang mencapai US$ 4,4 miliar. Padahal kuartal sebelumnya, NPI masih defisit sebesar US$ 2,6 miliar.

"Inflow juga banyak di surat berharga negara (SBN) dan FDI. Ini membuat surplus di NPI," ujarnya. 

Perry menyebutkan, penerbitan global bond ini akan menambah cadangan devisa menjadi di atas US$ 100 miliar. Selain itu, The Fed juga berencana untuk menaikkan imbal hasil atau yield surat utang jangka pendeknya atau treasury bills.

"Untuk kebutuhan financing dari budget, DPR, sudah ada keputusan mengenai berapa banyak penerbitannya. Lalu didiskusikan dengan BI mengenai strategi penerbitannya. Dalam rapat kami berikan masukan buat rencana, memang saat-saat seperti ini ada baiknya front loading. Memang lebih baik front loading dengan kondisi tapering dan kemungkinan kenaikan treasury bills," ucap Perry.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan