Cadangan Devisa Indonesia pada Desember 2021 Turun, Ini Kata Ekonom



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa pada Desember 2021 berada di kisaran US$ 144,9 miliar. Posisi ini turun dari bulan November 2021 yakni US$ 149,9 miliar.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan, meskipun cadangan devisa di Desember cenderung menurun dari bulan sebelumnya, namun cadangan devisa tercatat meningkat sekitar US$ 9 miliar sepanjang tahun 2021 yang lalu.

Menurutnya, peningkatan cadangan devisa pada tahun 2021 ditopang oleh potensi surplus neraca pembayaran sejalan dengan potensi surplus neraca transaksi berjalan yang didukung oleh tren kenaikan harga komoditas global.


“Sementara itu, cadangan devisa pada 2022 diperkirakan berpotensi meningkat meskipun peningkatannya lebih rendah dari peningkatan cadangan devisa tahun 2021,” tutur Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (7/1).

Baca Juga: BI catat rasio utang luar negeri terhadap PDB menurun

Peningkatan cadangan devisa di 2022 nanti akan dipengaruhi oleh penurunan surplus neraca pembayaran yang didorong oleh potensi penurunan surplus transaksi finansial terutama investasi portofolio mempertimbangkan potensi percepatan tapering serta kenaikan suku bunga The Fed.

Selain itu, Dia mengatakan, neraca transaksi berjalan juga diperkirakan akan kembali defisit mempertimbangkan laju impor yang cenderung meningkat serta potensi normalisasi harga komoditas ekspor pada semester II-2022. Oleh sebab itu, cadangan devisa pada akhir 2022 diperkirakan akan berada di kisaran US$ 150 miliar sampai US$ 152 miliar.

Baca Juga: Awas, prediksi IHSG Jumat (10/12) rawan terkoreksi, ini pilihan saham selama Desember

Lebih lanjut, Josua bilang, dengan mempertimbangkan solidnya fundamental ekonomi Indonesia, cadangan devisa yang tetap berada dalam posisi yang kuat diperkirakan akan mendukung terjaganya stabilitas rupiah di tengah normalisasi kebijakan moneter The Fed.

“Langkah-langkah stabilisasi triple intervention juga akan dilakukan oleh BI untuk mengelola stabilitas makro sebelum mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga acuan dalam rangka menjangkar ekspektasi inflasi dan stabilitas rupiah,” imbuhnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli