Cadangan devisa naik berkat dana global bond



JAKARTA. Penerbitan global bond pemerintah pada akhir April lalu menjadi penyebab cadangan devisa Indonesia bertambah pertama kalinya di tahun ini. Cadangan devisa di Bank Indonesia per akhir April tercatat US$ 107,27 miliar, naik dari US$ 104,8 miliar di Maret.

Deputi Gubernur BI Hartadi Sarwano mengakui, kenaikan cadangan devisa April didasari oleh masuknya dana hasil penerbitan global bond pemerintah yang mencapai US$ 3 miliar.

Setiap penerimaan pemerintah yang berasal dari penerbitan surat utang memang akan masuk sebagai cadangan devisa. Kemudian, dana itu itu akan mengalir ke pemerintah dalam bentuk rupiah untuk digunakan sebagai pembiayaan APBN.


Namun, Hartadi berkata, tidak semua dana yang berasal dari global bond masuk ke cadangan devisa karena sebelumnya sudah digunakan untuk fee dan pajak. "Ada pula pengeluaran untuk membayar utang pemerintah," katanya, Rabu (8/5).

Karena itu, kenaikan cadangan devisa ini tidak sama dengan jumlah global bond yang dikeluarkan pemerintah. Selain dari global bond, cadangan devisa juga bertambah dari penerimaan sektor migas.

Tekanan rupiah

Hartadi melihat tekanan atas rupiah masih wajar. Sebab,  pelemahan ini sesuai dengan fundamental dan rupiah sudah membentuk titik keseimbangan baru. Terlebih pada kuartal I, neraca modal alias capital account defisit akibat besarnya dana yang keluar pasar (capital outflow). Ditambah lagi, neraca berjalan atau current account juga masih defisit.

"Nilai tukar rupiah dibandingkan kuartal sebelumnya mengalami depresiasi sekitar 0,2%," ujarnya.

Untuk kuartal II, Hartadi menilai rupiah bisa lebih positif. Selain karena posisi di capital account sudah kembali positif, sebenarnya volume ekspor Indonesia pun sudah mulai meningkat.

"Secara volume, secara tonasenya, ekspor Indonesia di kuartal I meningkat. Tapi karena harga komoditas yang masih turun, maka secara total pun nilainya masih turun," bebernya. Alhasil, apabila di kuartal II, harga komoditas membaik dan pertumbuhan volume berlanjut, neraca berjalan berpeluang untuk surplus.

Sementara itu, Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Brodjonegoro menyebut bahwa pihaknya akan merevisi nilai tukar rupiah. Jika dalam ABPN 2013, target kurs rupiah adalah di level Rp 9.300 per dollar AS, maka dalam APBN-P akan disesuaikan dengan kondisi yang ada. Yaitu, bercermin pada pergerakan rupiah saat ini di kisaran Rp 9.600-Rp 9.700.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: