KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Posisi cadangan devisa tak lagi mencatat rekor tertingginya. Bank Indonesia (BI) mencatat, cadangan devisa pada Oktober 2021 sebesar US$ 145,5 miliar, atau turun dari US$ 146,9 miliar. Asal tahu saja, posisi cadangan devisa pada bulan September 2021 mencatat rekor tertinggi sepanjang sejarah. Dengan penurunan cadangan devisa pada Oktober 2021, itu berarti belum ada rekor baru lagi. Nah, penurunan cadangan devisa RI ini didorong oleh seluruh komponennya, kecuali komponen monetary gold atau komponen emas moneter.
Menurut data yang dihimpun dari Special Data Dissemination Standard (SDDS) BI, komponen emas moneter cadangan devisa pada Oktober 2021 tercatat US$ 4,53 miliar atau naik 3,42% mom dari US$ 4,37 miliar pada bulan September 2021. Melihat pergerakan tersebut, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menduga, peningkatan komponen emas pada bulan laporan disebabkan oleh BI yang memupuk cadangan dalam bentuk emas.
Baca Juga: Bayar utang luar negeri, cadangan devisa turun US$ 1,4 miliar dalam sebulan Apalagi, seperti kita ketahui bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) telah mengumumkan akan mengurangi penambahan likuiditas (tapering off) pada bulan November 2021. “Saya rasa memang dipengaruhi oleh diberlakukan tapering off, jadi BI mulai beralih ke cadangan yang tidak terlalu flukuatif,” tutur Riefky kepada Kontan.co.id, Minggu (7/11). Ia melihat ada risiko dari komponen lain, seperti contohnya komponen foreign currency reserves yang lebih fluktuatif daripada komponen emas moneter. “Bisa bergejolak sewaktu-waktu, dan masuk akal bagi BI mengakumulasi dalam bentuk lain. Tidak yakin apakah ini sebagai bentuk pertahanan lain, tapi paling tidak berkaitan dengan tapering off,” tambahnya.
Meski begitu, Riefky melihat BI belum terlalu perlu untuk memupuk emas moneter. BI masih akan melihat pergerakan nilai tukar dan kalau nilai tukar rupiah terlalu bergejolak, maka BI akan menggunakan komponen foreign currency reserve terlebih dahulu. Hanya, Riefky optimistis volatilitas nilai tukar rupiah tak akan terlalu tinggi, karena kuda-kuda BI masih kuat dan fundamental ekonomi Indonesia maik baik. Ia memperkirakan, pergerakan nilai tukar rupiah pada akhir tahun di kisaran Rp 14.200 hingga Rp 14.300 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi