KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Cadangan devisa Indonesia diperkirakan akan menyusut. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memprediksi posisi cadangan devisa akan cenderung mengalami penurunan setidaknya hingga semester I 2024. Penurunan ini disebabkan masih tingginya ketidakpastian global, terutama terkait ekonomi Amerika Serikat yang lambat dan arah suku bunga the Fed yang masih belum menentu. Disisi lain, terdapat juga kebutuhan pembayaran dividen dan kupon kepada yang non resident. Juga adanya pembayaran pokok utang luar negeri (ULN), dan kebutuhan impor dalam pengendalian inflasi domestik.
“Sehingga kami lihat masih akan ada risiko pelemahan nilai tukar rupiah dalam jangka pendek,” tutur Josua kepada Kontan, Rabu (3/4). Meski begitu, Josua meyakini Bank Indonesia (BI) akan hadir di pasar untuk melakukan intervensi di pasar valas pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. Selain itu, BI juga diharapkan melakukan penguatan strategi operasi moneter yang pro-market untuk efektivitas kebijakan moneter, termasuk optimalisasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).
Baca Juga: Posisi Cadangan Devisa Indonesia pada Maret 2024 Diramal Turun, Ini Penyebabnya Josua memperkirakan posisi cadangan devisa pada Maret akan melanjutkan tren penurunan di kisaran US$ 1 miliar hingga US$ 2 miliar, dari posisi cadangan devisa pada Februari 2024 yang sebesar US$ 144 miliar. Penyebabnya antara lain, karena tercatatnya net outflow di pasar portofolio (outflow US$ 807 juta), terutama pada pasar SBN (outflow US$ 1,31 miliar). Sementara itu, pasar saham masih mampu mencatatkan inflow US$ 506 juta. “Pada Maret 2024 juga tidak ada penerbitan global bond namun terdapat seri SBN rupiah yang
mature sehingga terdapat outflow,” ungkapnya. Senada, Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky juga sepakat, posisi cadangan devisa Indonesia pada Maret 2024 akan turun di kisaran US$ 140 miliar hingga US$ 142 miliar. “Turunnya disebabkan capital outflow yang cukup deras menjelang akhir maret,” ujarnya. Disisi lain, pelemahan rupiah yang sedang terjadi saat ini juga akan menurunkan posisi cadangan devisa.
“Satu dari sisi capital outflownya dan kedua potensi intervensi oleh BI untuk melakukan stabilisasi rupiah,” jelasnya. Riefky menjelaskan, jika terjadi capital flow maka akan membuat rupiah terdepresiasi dan kondisi cadangan devisa akan menurun. Akan tetapi, posisi cadangan devisa bisa turun jika Bank Indonesia menggunakan cadangan devisanya untuk melakukan stabilisasi rupiah. “Sehingga hanya cadangan devisanya turun tapi nilai tukar terjaga stabil, karena BI intervensi menggunakan cadangan devisa,” imbuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat